Berpegang pada Pancasila, Cegah Risiko Konflik Pemilu

20 November 2023, 00:58 WIB
Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pemilu Damai Tahun 2024 /HMS/

WARTA PONTIANAK – Polarisasi pilihan politik di level nasional, dikhawatirkan berdampak pada segregasi sosial di daerah.

Karena itu, untuk mencegah terjadinya gesekan yang berujung konflik, Organisasi Masyarakat Lintas Etnis Kabupaten Mempawah, mengadakan Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pemilu Damai Tahun 2024 di Rumah Adat Melayu Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Kegiatan ini mengusung tema Peran dan Strategi Ormas Lintas Etnis dalam Mengawal Pemilu Damai 2024.

“Kami mengundang empat (4) orang narasumber, yakni Ketua KPU Kabupaten Mempawah, Wakapolres Mempawah, Jaksa Fungsional Kejari Mempawah, dan Pengamat Politik Kalbar,” kata  Ketua Pelaksana kegiatan, Adrianus.

Dialog Kebangsaan diikuti para tokoh lintas etnis Kabupaten Mempawah, organisasi masyarakat sipil, penyelenggara pemilu, KPU dan Bawaslu, POLRI/TNI.

Hermawansyah, pengamat politik Kalbar, menyampaikan apresiasi atas inisiasi forum lintas etnis di Kabupaten Mempawah untuk mengawal pemilu agar berjalan aman dan damai.

“Saat ini kita harus berhati-hati dengan ancaman perpecahan akibat polarisasi pilihan politik. Saluran disinformasi dan misinformasi sudah banyak dan begitu mudah dimanfaatkan untuk menyebarkan sebuah informasi,” terang pria kelahiran Desa Sungai Bakau Kecil, Mempawah.

“Terutama di media sosial, hoax menjadi concern kita semua. Jika tidak diantisipasi, hoax dapat memicu konflik,” tambahnya.

Wawan, sapaannya, menjelaskan kebebasan berekspresi dan berpendapat harus dibarengi dengan validitas informasi.

Baca Juga: MABM Gandeng Ormas Dialog Publik Investasi Kabupaten Sambas

“Disaring dulu baru di share,“ tambahnya.

Kalimantan Barat, menurut Wawan, telah memiliki pengalaman cukup banyak menghadapi konflik berbasis identitas.

“Pengalaman itu adalah kekuatan kita untuk mencegah konflik terulang kembali,” tegasnya.

Bagi Wawan, perlu sinergi sesama anak negeri untuk terus memperindah sulaman keberagaman ini tetap indah. Kita bisa belajar dari sejarah bagaimana kerjasama antar anak bangsa yang ‘guyub’ dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, “tegasnya.

Baca Juga: GMNI Gelar Dialog Kemahasiswaan 'Ngomongin Pemliu'

Misalnya terkait penetapan Hari Santri dan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945, adalah potret kerjasama dan sinergi antar golongan nasionalis dan agama (Nahdliyin).

Prinsip kebangsaan, ujar Wawan, dipandu oleh nilai-nilai Pancasila.

“Selama masih berpegang pada Pancasila, Insha Allah kita akan tetap kuat,” tutupnya. ***

Editor: Yuniardi

Tags

Terkini

Terpopuler