Baca Juga: Garut Kekurangan Tempat Isolasi Pasien Covid-19
“Tiap hari Minggu bangun jam 6 pagi dan sekitar jam 7 otw ke pasar. Biasanya nunggu abang penjual lelong yang ngaret kadang jam 9 baru buka toko,” jelasnya.
Bahkan, mereka juga harus rebutan sama orang. Pilih barang biasa tarik-tarikan dengan pembeli lainnya. “Tapi karena sudah tahu hasil jualannya jadi semangat mengeluarkan tenaga biarpun balik ke rumah badan sakit-sakit,” ungkap Bunga.
Barang-barang lelong yang dijual mereka, sudah punya nama alias brand ternama. Saat dibeli, terkadang barang lelong ini rupanya biasa.
“Misalnya dapat barang yang bermerek, kalau dicuci lagi jadi kayak baru dan jadi wow gitu untuk dijual lagi. Peminatnya pun banyak, untungnya pun lumayan,” terangnya.
Baca Juga: Sejauh Mata Memandang Luncurkan Koleksi untuk DFK di Jakarta Fashion Week 2021
Dengan modal minim, Bunga dan Echa meraup untung yang besar melalui menjual lelong yang dikemas secara kekinian. Usaha ini dirintis sejak Mei 2020. Kini, mereka sudah memiliki puluhan produk.
“Modal awal seratus ribu rupiah, itu dari uang jajan. Tak disangka-sangka pas corona banyak sekali peminat lelongnya,” tuturnya.
Pasar mereka yakni tertuju pada kaum-kaum muda yang suka dengan hoodie dan crewneck sebagai fashion favorit.
Baca Juga: Kolaborasi Vendor Smartphone dan Casual Fashion Sasar Kaum Muda