Network
WARTA PONTIANAK - Masjid Nurbaitillah dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jeruju yang berdampingan, ternyata memiliki sejarah indah.
Kedua rumah ibadah ini berada di Jalan Padat Karya, Kelurahan Sungai Beliung, Pontianak Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Di balik kokohnya dua rumah ibadah ini, ada kisah yang menyimbolkan toleransi dan keharmonisan di sana terus terjaga hingga kini.
Baca Juga: Kisah Toleransi Beragama, Misa Natal dan Jumatan ‘Barengan’ di Dua Rumah Ibadah yang Bersebelahan
Bangunan masjid dengan luas 30 x 30 meter ini berdiri sebagian di atas tanah milik Hasibuan, salah satu jemaat gereja tersebut. Ceritanya, sebelum jadi masjid, Nurbaitillah pada tahun 1996 adalah surau. Ukurannya sekitar 10 x 20 meter.
Karena umat semakin padat dan ramai, maka warga sepakat untuk melebarkan menjadi masjid. Lagi pula, lahan kosong yang terlihat masih luas. Proses pembangunan mulai bertahap sejak tahun 1997.
“Pada waktu itu lahan kami agak sempit, dulunya surau, jadi jamaah kami ingin memperluas menjadi masjid. Kami kira masih masuk tanah surau. Jadi dilebarkan lah. Eh, saat masjid sudah berdiri, yang punya tanah datang melihat. Katanya tanah dia,” cerita Ketua Pengurus Masjid Nurbaitillah, Sofian Ahmadi kepada Warta Pontianak, belum lama ini.
Baca Juga: Mewariskan Sikap Toleransi, Membentengi Pengaruh dari Luar
Kemudian, Hasibuan, pemilik tanah datang mengklaim lahan tersebut dengan membawa segala surat menyuratnya. “Kami ikut mengukur juga, eh ternyata bangunan masjid masuk ke tanah jemaat gereja ini,” jelasnya.
