Dinamika Pencalonan Ketua Tanfidziah, Konferwil PWNU Kalbar Mundur, KH Ismail Gofur : Jangan Menjatuhkan

- 1 Juli 2022, 23:13 WIB
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kubu Raya, KH Ismail Ghofur
Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kubu Raya, KH Ismail Ghofur /Dody Luber/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK - Setelah mundurnya jadwal Konferensi Wilayah PWNU Kalbar beberapa waktu lalu. Kini muncul tudingan terhadap salah satu bakal calon yang dianggap berbeda ideologi dan manhaj tidak sesuai Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.

Sehingga membuat pencalonan Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalbar berdinamika.

Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kubu Raya, KH Ismail Ghofur mengingatkan semua pihak untuk tidak saling menjatuhkan dalam perhelatan pemilihan Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar.

Baca Juga: Usai Habisi Nyawa Istri Sendiri, Seorang Pria di Sambas Kemudian Lakukan Bunuh Diri Namun Gagal

Menurutnya, jika masing-masing ingin mencalonkan diri dalam pemilihan tersebut tidak bermasalah. Terlebih Indonesia merupakan negara demokrasi akan tetapi tidak harus sampai menjatuhkan orang lain bahkan hingga menuduh.

"Kalau untuk maju itu hak, semakin banyak yang tertarik pada NU berarti menunjukkan NU hebat, besar dan kuat. Tetapi tidak dengan cara menjatuhkan orang lain, apalagi pribadi yang dijatuhkan," ucap Ismail, Jumat 1 Juli 2022.

Ia menambahkan di dalam Nahdlatul Ulama (NU) jika ada saudara yang tidak baik, maka tugas semua, bukan malah menjerumuskan, akan tetapi harus dinasehati sebagai saudara. Sehingga dalam konferwil PWNU Kalbar seharusnya tidak dengan menjatuhkan orang lain.

"Silakan adu program, gagasan, Allah menyukai orang yang banyak amal, pikiran untuk diberikan kepada NU," tuturnya.

Baca Juga: Lepas Atlet FORNAS Kota Pontianak, Edi Kamtono: Junjung Sportivitas dan Tunjukkan Kearifan Lokal

Ismail  juga mengingatkan agar setiap orang harus fokus terhadap tugas yang diemban. Sehingga tidak akan sempat melihat keburukan orang lain. Selain itu menurutnya, semua orang juga harus menimbang di mana kemampuannya untuk PWNU masa depan. 

"Kalau kita sudah menjelekkan orang lain, maka tugas kita akan semakin berat. Kita mengurus NU saja sudah cukup berat, apalagi ditambah dengan mengatakan orang lain keluar dari aswaja," jelasnya.

Dikatakannya NU dengan berbagai program seperti sosial, politik, budaya lalu menjaga hubungan antara sesama manusia baik yang muslim maupun non muslim dalam tubuh NKRI. Sehingga jika menuduh mengatakan orang lain keluar dari aswaja, maka dalam hal ini yang terlukai yakni sosial ukhuwahnya.

"Kalau mengatakan orang keluar dari aswaja itu amal yang kurang baik. Kita harus sportif dan tidak menyerang pribadi, kalau bisa di NU harus rendah diri, orang jika merendahkan diri maka akan tumbuh semangat. Kita harus melihat kekurangan diri sendiri," ungkapnya.

Baca Juga: TPPD Tertibkan Tempat Usaha Nunggak Pajak, Objek Pajak Dilabeli Stiker Dalam Pengawasan

Ismail menjelaskan ia mengenal sosok Syarif secara kebetulan saat momentum Muktamar di Lampung. Ketika maju untuk pemilihan Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar menurut Ismail, Syarif tidak pernah menjelekkan orang lain. Bahkan saat bertemu Gus Mus, para kiai juga tidak pernah menjatuhkan orang lain.

"Selama mengenal beliau (Syarif) tidak pernah menjelekan orang lain," katanya.

Sementara itu Syarif mengungkapkan tudingan terhadap dirinya tersebut tanpa konfirmasi dan terkesan politis dan tendensi. Dirinya menegaskan secara keorganisasian telah mengikuti Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) fungsional bersama Rektor di Pondok Pesantren Dr Imam Syafii Bogor yang Ketua Pantianya Dr. Luthfi Rektor IAIN Purwokerto. 

"Sedangkan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Hotel Mahkota Pontianak 2017," ujar Syarif.

Syarif menyebutkan Ketua PCNU yang menudingnya merupakan salah satu Instruktur PKPNU di Kalbar. Seharusnya menurut dia sebagai salah satu Instruktur PKPNU di Kalbar tidak asal-asalan menilai kader NU. Menurut Syarif tudingan seperti itu sangat tidak etis dan tidak sesuai tradisi yang dimiliki oleh NU. 

"Padahal Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menegaskan agar para pengurus dapat mengedepankan budaya tabayun dalam kepengurusan sehingga marwah jamiyah NU dapat terjaga dengan baik," ungkap Syarif.

Baca Juga: Cegah Terorisme, BNPT Gelar Musik Anak Bangsa

Terpisah, Ketua PCNU Kota Pontianak, Ahmad Faruki mengatakan, tudingan yang ditujukan ke Syarif berbeda ideologi dan Aswaja An-Nahdliyah terlalu emosional.

Menurutnya, dalam Konferwil PWNU Kalbar boleh beda pilihan akan tetapi tidak sampai terjadi perpecahan, apalagi memaksakan pilihannya. 

"Mestinya, tabayun sebelum membuat pernyataan kalau perlu mengundang Dr. Syarif dengan menyiapkan forum diskusi, hal ini lebih elegan," ucapnya.

Ahmad Faruki menyebutkan, dirinya cukup mengetahui Syarif dan tidak diragukan ke-NU-annya. Terlebih Syarif pernah menjadi Sekertaris PCNU Kota Pontianak selama satu periode. Lalu menurutnya, selama ini tidak pernah ada hal yang aneh dengan amaliyah-amaliyah NU.

Baca Juga: Gempa Guncang Kabupaten Ketapang, Ini Wilayah yang Terdampak

Lalu Ketua Tim Pemenangan Syarif di Konferwil PWNU Kalbar, M Nurdin mengatakan sangat menghargai perbedaan pendapat dan pilihan menjelang Konferwil. kan tetapi menurut dia, tudingan terhadap Syarif sangat tidak relevan. Nurdin mengaku pernah bertemu dan diskusi panjang dengan pihak yang menuduh Syarif memiliki Manhaj Aswajanya yang menyimpang. 

"Dr. Syarif sendiri pernah menjadi kader IPNU bahkan Sekretaris PCNU Kota Pontianak dan sekarang ia menjadi salah satu pengurus lembaga di PBNU Bidang Hukum," jelasnya.

"Mari jadikan momentum Konferwil PWNU Kalbar ini sebagai silaturrahim para Nahdliyin dan dilaksanakan dengan riang gembira," tukasnya.***

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x