Melalui aplikasi Sipoya Tone ini, lanjut Ginting, data yang diinput akan dilakukan 100 persen dan tidak lagi menggunakan sampel tapi sesuai total populasi.
"Sementara yang dimaksud peningkatan pelayanan, dengan aplikasi ini kita mempunyai pelayanan geospasial dan notifikasi digital dimana data yang disajikan akurat memuat nama dan alamat lengkap bayi yang mengalami stunting," ungkapnya.
Ginting menjelaskan, aplikasi Sipoya Tone ini nantinya dikelola oleh kader Puskesmas hingga bidan desa, kemudian Kepala Puskesmas, Kepala Bidang di Dinas Kesehatan sampai ke Kepala Dinas Kesehatan.
Baca Juga: Rapat Kerja Lintas Komisi, DPRD KKU Pertanyakan Progres Pembangunan Daerah 2023
"Adminnya berjenjang tapi kita batasi aksesnyanya sesuai kewenangan dan geografis masing-masing. Kita juga berikan akses untuk OPD lain untuk memasukan intervensi apa yang sudah dilakukan untuk locus secara geospasialnya," terang dia.
Tidak hanya sinergis dengan OPD lain, aplikasi ini dipastikan terintegrasi dengan aplikasi lain seperti e-PPGM, Sidompu, dan lain sebagainya.
"Artinya, semua aplikasi itu bisa saling mengambil dan melengkapi. Output aplikasi yang sudah ada bisa menjadi input Sipoya Tone ini sehingga pada akhirnya bisa digunakan sebagai sarana monitoring dan evaluasi penanganan stunting," imbuhnya.
Hal yang sama juga disampaikan Sekda Sanggau Kukuh Triyatmaka. Kukuh yang merupakan mentor Aplikasi Sipoya tone ini berharap aplikasi ini dapat menjawab persoalan stunting di Sanggau.
"Berjalan atau tidaknya program ini tentu sangat tergantung dari semua pemangku kepentingan," pungkas Kukuh.***(Abang Indra)