WARTA PONTIANAK - Keputusan Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Moeldoko untuk menjadi ketua umum Partai Demokrat adalah untuk menyelamatkan partai dan bangsa.

Baca Juga: Kubu Partai Demokrat Moeldoko Tuding Kubu AHY Kehilangan Akal Sehat dengan Cara Menyebarkan Hoaks

Menurutnya, ada sebuah situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yaitu telah terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali.

"Ini menjadi ancaman cita-cita menuju Indonesia Emas 2045. Ada kecenderungan tarikan ideologis juga terlihat di tubuh Demokrat. Jadi, ini bukan sekadar menyelamatkan bangsa dan negara,” kata Moeldoko sebagaimana dikutip dari rekaman video yang ia bagikan lewat akun Instagram pribadinya @dr_moeldoko, yang dipantau di Jakarta, Minggu.

Dalam tayangan berdurasi lebih dari dua menit itu, Moeldoko buka suara mengenai alasannya bergabung sebagai bagian dari Partai Demokrat melalui kongres luar biasa di Sibolangit. Ia mengatakan dirinya telah ditetapkan sebagai ketua umum partai menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono.

Baca Juga: Mengejutkan, KLB Partai Demokrat Berhasil Dongkrak Elektabilitas AHY

“Saya ini orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat, dan kekisruhan sudah terjadi. Arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat,” sebut Moeldoko.

“Untuk itu, semua berujung kepada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat,” kata dia menambahkan.

Ia mengatakan dirinya tidak perlu meminta izin kepada Presiden Joko Widodo terkait keputusannya menerima tawaran sebagai ketua tandingan Partai Demokrat.

“Terhadap persoalan yang saya yakini benar, dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani presiden. Saya juga khilaf sebagai manusia biasa tidak memberi tahu istri dan keluarga saya atas keputusan yang saya ambil,” terang Moeldoko.

Baca Juga: Hadiri KLB Partai Demokrat di Deli Serdang, Erma Ranik Pecat 7 Kader dari Kalbar

“Untuk itu, jangan bawa-bawa presiden dalam persoalan ini,” ujar dia menambahkan.***