Seorang Ayah Kaget saat Terima Tagihan Rp210 Juta untuk Belanja Game Putrinya

3 Januari 2022, 13:44 WIB
Ilustrasi main game online. /Adv/ShopeePay/Pinterest/

WARTA PONTIANAK - Seorang ayah di Singapura mendadak kaget ketika pihak bank meneleponnya untuk memberi tahu bahwa dia telah melewatkan pembayaran utang lebih dari S$20.000 atau sekira Rp210 juta.

Lim Cheng Mong nama ayah itu lantas menelusuri dan mendaptkan jika tagihan tersebut berasal dari utang kartu kredit yang telah jatuh tempo terkait dengan 89 transaksi misterius atas namanya.

Ia mengatakan bahwa dirinya mengira tagihan utang tersebut merupakan sebuah pesan penipuan.

Baca Juga: Usut Dugaan Suap Proyek Bakamla, KPK Sita Barang Bukti Uang Rp100 Miliar

"Awalnya saya pikir saya ditipu, tetapi perusahaan kartu kredit mengatakan ini semua adalah transaksi yang sah dan tidak ada yang bisa dilakukan,” kata Lim.

Diketahui, jejak penagihan itu mengarah ke akun Grab milik putrinya yang berusia 18 tahun, yang terkait dengan kartu kredit milikya, yang dimaksudkan untuk menutupi biaya transportasi sang anak.

Namun tanpa sepengetahuannya, sang anak telah menautkan e-wallet miliknya ke game seluler bernama Genshin Impact dan menghabiskan enam minggu belanja dari Agustus hingga Oktober untuk pembelian dalam game guna meningkatkan avatarnya.

"Saya menyuruhnya pergi dan mengatakan itu uang yang banyak, biaya sekolah satu tahun jika dia pergi ke universitas luar negeri. Jumlah yang sangat besar dihabiskan dalam sekejap mata," tutur pria yang bekerja sebagai manajer produk di sebuah perusahaan Jerman itu.

Baca Juga: Viral! Warga Gerebek Pasangan Selingkuh ASN Pemkot Gunungsitoli yang Bebuat Mesum

Cerita-cerita tentang orang tua yang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membayar tagihan yang disebabkan oleh pengeluaran online anak-anak, telah menjadi lebih umum.

Hal itu dikarenakan semakin banyak anak muda yang terpapar transaksi semacam itu dengan meningkatnya digitalisasi.

Perusahaan yang berurusan dengan pembayaran digital sekarang memperingatkan orang tua untuk mengatur pemberitahuan di dompet elektronik mereka untuk mengawasi dan waspada terhadap pengeluaran anak-anak mereka.

Keberhasilan gim video fantasi role-playing China Genshin Impact, yang telah menghasilkan lebih dari US$2 miliar atau sekira Rp21 triliun sejak diluncurkan pada September 2020, telah dinodai oleh kritik atas sistem pembelian dalam gimnya.

Baca Juga: Seorang Tahanan yang Kabur dari Sel Polrestro Bekasi Kota Ditemukan Tewas di Sungai

Putri Lim, seorang siswa di sekolah International Baccalaureate, akan menghabiskan hingga S$300 (Rp3 juta) untuk membeli barang-barang acak ini. Dengan setiap pembelian, dia berharap mendapatkan item yang akan meningkatkan avatarnya.

Untuk alasan ini, Genshin Impact telah dilarang di negara-negara seperti Belgia, yang memandang mekanisme "gacha" permainan sebagai bentuk perjudian.

"Gacha" adalah kata dalam bahasa Jepang yang mengacu pada mesin penjual otomatis yang membagikan mainan secara acak, biasanya terkandung dalam kapsul plastik.

Disclaimer: Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran Rakyat.com berjudul "Seorang Ayah Terkejut Saat Menerima Tagihan Rp210 Juta untuk Belanja Game yang Dilakukan Anaknya"

Editor: Faisal Rizal

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler