Bukan hanya sikap kontroversial Rowling terhadap kaum transgender yang memicu kritik terhadap game tersebut. Buku dan film Harry Potter juga dituduh telah ikut mengabadikan stereotip antisemit lewat karakter Goblin, yang digambarkan sebagai kelompok rahasia para bankir berhidung bengkok. Selama berabad-abad, propaganda antisemit menggambarkan orang Yahudi dalam karikatur sebagai karakter berhidung bengkok dan serakah.
Baca Juga: Buka Play Store dan Download Sekarang, Ini Rekomendasi Tiga Aplikasi Musik Terbaik
Salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam game ini, adalah melawan tokoh-tokoh tersebut, yang digambarkan akan melakukan "pemberontakan Goblin" sebagai protes atas dibatasinya hak-hak mereka, termasuk larangan menggunakan keterampilan magis.
Portkey sendiri mendapat kecaman selama proses pembuatan game ini. Produser senior Troy Leavitt juga dikritik gara-gara kanal YouTube nya menampilkan video antifeminis dan misoginis. Leavitt diketahui telah mengundurkan diri. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu beberapa gamer memilih untuk tidak membeli Hogwarts Legacy.
Namun rupanya upaya boikot tersebut tidak begitu membuahkan hasil. Bahkan menjelang peluncurannya, Hogwarts Legacy sudah menjadi game terlaris di beberapa platform.
Wizarding World Harry Potter tetap mendulang sukses. Banyak orang yang tumbuh dengannya, tetap terhubung secara emosional, bahkan jika mereka juga termasuk dalam kelompok terpinggirkan dan dirugikan akibat pandangan antitransgender.***