Guru Bangil, Ulama Banjar di Tanah Jawa

- 3 November 2020, 18:45 WIB
Makam Guru Bangil di Pasuruan Jawa Timur
Makam Guru Bangil di Pasuruan Jawa Timur /Muhammad Saufi/

Ketika berusia 16 tahun, pamannya Syech Muhammad Kaspul Anwar membawanya pergi ke kota Mekkah. Selain dirinya ikut pula saudara sepupunya Syech Anang Sa’rani Arif. Mereka  melanjutkan pelajaran ilmu agamanya di bawah bimbingan langsung sang paman.

Selama berada di kota Mekkah keduanya ini dikenal sangat tekun mengisi waktu mereka dengan menuntut ilmu-ilmu agama. Keduanya benar-benar memanfaatkan waktunya dengan mendatangi majelis para ulama besar di kota Mekkah.

Saat itu diantaranya Sayid Muhammad Amin Qutbi, Sayid Alwi bin Abbas Al Maliki,  Syech Umar Hamdan Al Mahrusi, Syech Muhammad Al Arobi, Syech Hasan Massat, Syech Abdullah Al Bukhori, Syech Syaifullah Adda Gustani, Syech Syafii Qodah, Syech Sulaiman Ambon, Syech Ahyat Al Buguri, Syech Ali bin Abdullah Albanjari, Syech Ali Hussen bin Al Maliki.

Baca Juga: Pemkot Pontianak Berupaya Berikan Legalitas Pasutri yang Menikah secara Adat dan Agama

Setelah 10 tahun menuntut ilmu di kota Mekkah, pada tahun 1939 M bersama sepupunya KH Anang Sya’rani Arif kembali pulang ke kampung halaman.

Setelah kepulangannya dari Mekkah, Guru Bangil menyelenggarakan majelis-majelis ilmu di rumahnya. Ia juga sempat mengajar di Madrasah Darussalam tempat pertama kali belajar dulu.

Guru Bangil pernah diminta menjadi seorang Qadi (hakim) di Martapura, namun ditolaknya dengan alasan lebih senang berkhitmat pada umat. Dengan demikian bisa mengatur waktu semaksimal mungkin dalam mengajar, bermutalaah dan beribadah.

Baca Juga: Jadi Guru, Upaya Satgas Yonif 642 Cerdaskan Anak Perbatasan

Tahun 1943 M beliau ke kota Bangil dan sempat membuka majelis di lingkungan beliau hingga tahun 1944 M. Pada rentang waktu itu beliau berguru kepada Syech Muhammad Mursidi yang berasal dari Mesir. 1 tahun berada di Bangil ia kembali lagi ke Martapura dan melanjutkan majelis-majelis taklim yang telah dibinanya sejak pulang dari Mekkah pada tahun 1950 M beliau sekeluarga hijrah ke kota Bangil.

Waktu menetap di kota Bangil, beliau tidak langsung membuka majelis secara terbuka kecuali untuk lingkungannya terdekat saja.

Halaman:

Editor: Yuniardi

Sumber: FIX Banjarmasin (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x