Turun-temurun Dilakukan Saat Idul Fitri, Ini Makna Tradisi Beroah Masyarakat Melayu di Nanga Tikam

- 1 Mei 2022, 03:57 WIB
Ilustrasi perayaan hari raya Idul Fitri
Ilustrasi perayaan hari raya Idul Fitri /Pexels/

WARTA PONTIANAK - Bagi masyarakat melayu yang ada di Nanga Tikan, tradisi Beroah tentunya sudah tidak asing lagi. Acara ini biasanya digelar oleh masyarakat pada saat merayakan hari raya Idul Fitri.

Nanga Tikan adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalbar dan memiliki penduduk dengan mayoritas suku melayu.

Tradisi Beroah tidak jauh berbeda dengan tradisi tahlilan yaitu bertujuan untuk mendoakan orang yang telah meninggal.

Baca Juga: Dijamin Bikin Haru! Ini Lima Ucapan yang Cocok Disampaikan Saat Idul Fitri 2022

Tidak hanya itu, tradisi Beroah juga bertujuan untuk memelihara dan menjalin hubungan silaturahmi serta menyambung hubungan kekerabatan dan persaudaraan antar umat Islam.

Tradisi Beroah merupakan sikap berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada saudara dan kerabat. Karena dalam acara Beroah, keluarga berkumpul dan mengundang warga desa untuk mengirim doa kepada orang tua, saudara, dan keluarga, baik yang sudah meninggal maupun yang belum.

Dimulai setelah Salat Idul Fitri, banyak keluarga yang membuat acara Beroah dan mengundang warga kampung untuk datang kerumah.

Baca Juga: Waspadalah! Sering Diabaikan, Ini Lima Gejala Penyakit Jantung yang Wajib Diketahui

“Kalau di hari lebaran, banyak keluarga yang membuat acara Beroah dan mengundang penduduk desa, setelah itu tamu undangan memakan makanan yang sudah disediakan,” ujar Usna Sumartono yang merupakan warga asli Desa Nanga Tikan.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x