Baca Juga: Awal Ramadhan Bersamaan dengan Nyepi, Muslim Bali Diminta Salat Tarawih di Rumah
Namun begitu, Malaikat Jibril mengatakan kepada Rasulullah SAW jangan memujinya karena masih ada Malaikat lain yang lebih hebat kejadiannya.
Malaikat Pemikul ‘Arsy merupakan Malaikat terbesar yang memiliki 2.400 sayap. Satu sayapnya menyamai 1.200 sayap Israfil. Sedangkan Israfil mempunyai 1.200 sayap yang satu sayapnya menyamai 600 sayap Malaikat Jibril.
Dalam Kitab Qathrul Ghaits Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani mengatakan, mereka adalah tingkatan tertinggi dari para Malaikat dan Malaikat yang pertama kali diciptakan. Mereka, Malaikat Penyangga ‘Arsy itu berjumlah empat, dan pada saat kiamat akan berjumlah delapan Malaikat.
Demikian sekelumit gambaran wujud Malaikat Pemikul ‘Arsy yang begitu dahsyat. Keterangan hadis di atas setidaknya membawa kita berimajinasi tentang agungnya ciptaan Allah. Besarnya ‘Arsy bisa dilihat dari besarnya Malaikat yang memikulnya. Semoga ini menjadi renungan betapa besarnya kuasa Allah. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi.
Kembali ke hikmah shalat tarawih di malam ketiga, dimana malaikat di abwah ‘Arsy menyeru memulai kebaikan dengan malam ketiga ramadlan. Artinya nilai ibadah tarawih malam ketiga besar pahalanya. Sampai-sampai malaikat paling besarpun ikut menyerunya agar tarawih malam ketiga dilaksanakan.
Baca Juga: Israel Serang Jemaah Salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa, Ini Seruan HNW
Dosa yang telah lalu dibapuskan, sebagai ukuran besarnya kebaikan malam ketiga ramadlan bagi yang tarawih. Memang, besar kecilnya dosa Allah dan kita saja yang tahu. Untuk mengukur besarnya dosa kita, di kalangan para sufi diajarkan bahwa sekedip mata berkedip dalam keadaan lalai-lupa kepada Allah, maka itu dosa. Bisa kita bayangkan beribu kali kedipan mata sebanyak itu dosa kita, karena pasti kita banyak lupanya. Tapi di malam ketiga ramadlan Allah memberikan remisi dengan terbusan shalat tarawih di dalamnya. ***
* Ditulis oleh : Prof. Dr. K.H. Syarif, S.Ag.MA
Penulis adalah Guru Besar Ilmu Alquran dan Tafsir sekaligus Rektor IAIN Pontianak, dan juga sebagai Ketua PWNU Kalimantan Barat