Perang Dunia I: Tragedi Global yang Mencemari Abad ke-20

28 Februari 2024, 23:00 WIB
Ilustrasi Perang Dunia.* /jarmoluk/Pixabay

WARTA PONTIANAK – Perang Dunia I, yang juga dikenal sebagai Perang Besar atau The Great War, merupakan konflik berskala global yang meletus pada tanggal 28 Juli 1914 dan berakhir pada 11 November 1918.

Perang ini melibatkan negara-negara besar di Eropa dan menjadi salah satu konflik paling mematikan dan merusak dalam sejarah manusia.

Akar Permasalahan: Jalinan Kompleks Politik, Ekonomi, dan Ideologi

Perang Dunia I bukan sekadar konflik yang dipicu oleh insiden tunggal. Akar permasalahannya jauh lebih dalam dan kompleks, dibentuk oleh jalinan faktor-faktor politik, ekonomi, dan bahkan ideologi yang saling terkait.

  • Sistem Aliansi yang Bermusuhan

Eropa pada awal abad ke-20 diwarnai dengan munculnya sistem aliansi yang saling bertentangan. Blok utama adalah Triple Entente (Inggris, Prancis, dan Kekaisaran Rusia) dan Triple Alliance (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia).

Aliansi ini pada dasarnya merupakan perjanjian saling membantu jika salah satu anggotanya diserang. Keberadaan aliansi ini justru menciptakan iklim ketegangan dan meningkatkan risiko eskalasi konflik lokal menjadi perang berskala besar.

  • Perebutan Hegemoni dan Imperialisme

Perebutan kekuasaan dan sumber daya di era imperialisme turut memanaskan situasi di Eropa. Negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk memperluas wilayah jajahan mereka di Afrika, Asia, dan Timur Tengah, memicu persaingan dan gesekan antar negara.

  • Nasionalisme yang Membara

Nasionalisme, yang pada dasarnya adalah semangat cinta tanah air, mulai bertransformasi menjadi gerakan yang lebih eksklusif dan agresif. Ini memicu sentimen saling curiga dan permusuhan antar negara.

Di wilayah Balkan, misalnya, gejolak nasionalisme memicu pemberontakan dan konflik antar etnis, menjadi salah satu faktor pemicu meletusnya Perang Dunia I.

Baca Juga: Perang Dunia 2: Tragedi Global dan Pergolakan Ulangan Ujian Kemanusiaan

  • Militerisme yang Merajalela

Negara-negara Eropa, terutama Jerman, mengalami peningkatan pesat kekuatan militer mereka. Hal ini didorong oleh kompetisi dan persiapan untuk menghadapi kemungkinan perang. Namun, peningkatan kekuatan militer justru menciptakan iklim "perdamaian bersenjata" yang penuh dengan ketegangan dan ketidakpercayaan.

Pemicu Langsung

Insiden Sarajevo dan Reaksi Berantai yang Mematikan:

Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand, pewaris takhta Austria-Hongaria, oleh seorang nasionalis Serbia pada 28 Juni 1914, menjadi pemicu langsung meletusnya perang. Austria-Hongaria menganggap Serbia bertanggung jawab atas insiden tersebut dan mengajukan ultimatum yang berat. Ketika Serbia menolak sebagian isi ultimatum, Austria-Hongaria menyatakan perang pada tanggal 28 Juli 1914.

Namun, deklarasi perang ini hanyalah langkah awal dari reaksi berantai yang mematikan. Sistem aliansi yang ada menyeret negara-negara besar lainnya ke dalam konflik. Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan Serbia, melakukan mobilisasi militer untuk mendukung sekutunya.

Baca Juga: Perang Dunia I: Tragedi Global yang Mengubah Wajah Dunia

Jerman, sekutu Austria-Hongaria, kemudian menyatakan perang terhadap Rusia dan Prancis. Inggris, yang terikat perjanjian dengan Prancis dan Rusia, pun ikut menyatakan perang terhadap Jerman dan Austria-Hongaria.

Jalannya Perang: Pertempuran Berdarah dan Teknologi Baru yang Mematikan:

Perang Dunia I berlangsung selama empat tahun penuh dengan korban jiwa yang sangat besar. Strategi pertahanan utama dalam perang ini adalah perang parit (trench warfare).

Para prajurit berlindung dalam parit-parit yang mereka gali, saling bertempur dalam jarak dekat menggunakan senapan mesin, artileri, dan senjata kimia. Hal ini mengakibatkan pertempuran statis dan berdarah, dengan jutaan tentara tewas dalam pertempuran yang berlangsung lama. ***

Editor: Yuniardi

Sumber: Rifqi Al Furqon

Tags

Terkini

Terpopuler