Jepang Dilaporkan akan Buang Air Kontaminasi Nuklir ke Laut

16 Oktober 2020, 23:30 WIB
Ilustrasi bendera Jepang /Pixabay/WARTA PONTIANAK

WARTA PONTIANAK - Otoritas Jepang telah memutuskan untuk melepaskan lebih dari 1 juta ton air kontaminasi dari pembangkit nuklir Fukushima yang rusak, ke lautan.

Meskipun mendapat protes keras dari nelayan setempat, keputusan Jepang tetap diambil setelah dipertimbangkan selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Rasakan Sensasi SuperSmooth RELX Infinity Hanya Rp 135.000 [PR]

Mengutip Japan Today, pelepasan air yang telah disaring untuk mengurangi radioaktivitas, kemungkinan akan dimulai paling cepat pada 2022, demikian dilaporkan media harian nasional Nikkei, Yomiuri, dan media lokal Jepang lainnya.

Baca Juga: 'Apa tak Nyesal Keluar Feb, Tahun Depan para Pejabat KPK Dapatkan Mobil Dinas'

Keputusan tersebut mengakhiri perdebatan bertahun-tahun tentang bagaimana membuang cairan yang termasuk air yang digunakan untuk mendinginkan pembangkit listrik yang dilanda tsunami pada tahun 2011.

Sebuah panel pemerintah Jepang mengatakan awal tahun ini bahwa melepaskan air ke laut atau menguapkannya adalah 'pilihan yang realistis'.

Menurut laporan Nikkei, pada September 2020 lalu, ada 1,23 juta ton air limbah di fasilitas tersebut.

Baca Juga: Ini Tweet Jumhur Hidayat yang Dinilai Ujaran Kebencian, Petinggi Demokrat Sebut JH seperti Teroris

Aktivis lingkungan telah menyatakan penolakan yang keras terhadap proposal tersebut. Sementara nelayan dan petani juga telah menyuarakan ketakutan mereka bahwa konsumen akan menghindari makanan laut dan hasil bumi dari daerah tersebut.

Pemerintah Jepang telah membahas masalah ini selama lebih dari tiga tahun, tetapi keputusan menjadi mendesak karena ruang untuk menyimpan air, yang juga termasuk air tanah dan hujan yang merembes ke pabrik setiap harinya.

Baca Juga: Sebut Presiden Jokowi Sadar Omnibus Law Pasti akan Didemo, Sofyan Djalil: Ini Visi Negarawan!

Baca Juga: Rasakan Sensasi SuperSmooth RELX Infinity Hanya Rp 135.000 [PR]

Sebagian besar isotop radioaktif telah dihilangkan melalui proses filtrasi ekstensif, tetapi masih tersisa satu, yang disebut tritium. Radioaktif ini tidak dapat dihilangkan dengan teknologi yang ada saat ini.

Pada Januari 20202 lalu, Panel ahli Jepang menyarankan bahwa membuang air ke laut adalah pilihan yang layak karena metode ini juga digunakan di reaktor nuklir biasa.

"Tritium hanya berbahaya bagi manusia dalam dosis yang sangat besar," kata para ahli.

Baca Juga: Covid-19 Menyebar di Ponpres, Puluhan Ribu Masker Dibagikan

Badan Energi Atom Internasional berpendapat bahwa air yang disaring dengan benar dapat diencerkan dengan air laut dan kemudian dilepaskan dengan aman ke laut.

Yomiuri melaporkan bahwa air akan diencerkan di dalam fasilitas sebelum dilepaskan sehingga konsentrasinya 40 kali lebih sedikit, dengan keseluruhan proses memakan waktu 30 tahun.

Air yang diolah saat ini disimpan di seribu tangki besar di situs Fukushima Daiichi, di mana reaktor-reaktornya meleleh hampir satu dekade lalu setelah tsunami yang dipicu gempa tahun 2011 silam.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler