Paus Fransiskus Kembali Kutuk Produsen Senjata

- 10 Maret 2021, 21:29 WIB
Paus Fransiskus saat berada di Kota Mosul, Irak.
Paus Fransiskus saat berada di Kota Mosul, Irak. /Instagram.com/@franciscus

WARTA PONTIANAK - Paus Fransiskus mengutuk produsen senjata dan penyelundup yang menjual senjata kepada teroris, usai kunjungannya ke Irak baru-baru ini.

Paus mengatakan bahwa dia bersyukur bisa melakukan kunjungan yang luput dari perhatian para pendahulunya, dan menggambarkannya sebagai "tanda harapan setelah bertahun-tahun perang dan terorisme dan selama pandemi yang parah" bagi umat Kristen dan Muslim.

"Rakyat Irak memiliki hak untuk hidup damai, mereka memiliki hak untuk menemukan kembali martabat mereka," kata Paus Fransiskus dalam audiensi mingguan Vatikan, Rabu, yang diadakan secara daring karena COVID-19, dilansir dari Antara, Rabu 10 Maret 2021.

Baca Juga: Kudeta Militer Myanmar, Paus Fransiskus: Solidaritas Dengan Rakyat

Irak menderita karena kesalahan pengelolaan yang parah, korupsi, dan tingkat kekerasan yang stabil yang sering dikaitkan dengan persaingan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut selama 18 tahun setelah invasi AS ke Irak.

Pada Minggu 7 Maret 2021, Paus berusia 84 tahun itu melihat reruntuhan rumah dan gereja di utara Kota Mosul yang diduduki oleh kelompok ISIS dari 2014 hingga 2017.

"Dan saya bertanya pada diri saya sendiri (selama perjalanan), 'siapa yang menjual senjata kepada teroris?, siapa yang menjual senjata kepada teroris hari ini yang sedang melakukan pembantaian di tempat lain, misalnya di Afrika?'," kata dia.

Baca Juga: Tabrak Kebiasaan! Paus Fransiskus Tunjuk 2 Perempuan Duduki Jabatan di Vatikan

"Ini adalah pertanyaan yang saya ingin seseorang menjawabnya," tutur Paus.

Fransiskus pernah berkata di masa lalu bahwa produsen senjata dan pedagang manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan suatu hari nanti.

Menyerukan persaudaraan di seluruh dunia, dia menggambarkan pertemuannya pada Sabtu (6/3) di kota suci Najaf dengan Ayatollah Ali al-Sistani, salah satu tokoh paling berpengaruh dalam Islam Syiah baik di Irak maupun di luar negeri, sebagai peristiwa "tak terlupakan".

Dia mengatakan dia merasa terdorong untuk melakukan kunjungan ke Irak, yang mengupayakan pengamanan paling ketat untuk perjalanan kepausan, untuk dekat dengan "orang-orang yang mati syahid itu, Gereja yang syahid itu".

Baca Juga: Paus Fransiskus Bilang Vaksin Covid-19 Diperlukan Untuk Masuk Surga! HOAKS

Komunitas Kristen Irak, salah satu yang tertua di dunia, turun menjadi sekitar 300.000 orang dari sekitar 1,5 juta orang sebelum invasi AS dan kekerasan militan Islam yang mengikutinya.

Beberapa jam setelah paus meninggalkan Irak pada Senin (8/3), Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mendesak kelompok politik yang bersaing untuk menggunakan dialog untuk menyelesaikan perbedaan mereka, sebuah langkah yang katanya akan mencerminkan "cinta dan toleransi" yang ditunjukkan oleh paus.

Baca Juga: Paus Fransiskus Singgung Soal Muslim Uighur di Buku Terbarunya

Banyak orang di Irak berharap kunjungan kepausan akan mendapatkan lebih banyak dukungan internasional bagi pemerintah Kadhimi untuk menangani krisis sensitif, termasuk mengekang milisi yang didukung Iran yang kekuasaan dan pengaruhnya telah berusaha dikendalikan oleh Kadhimi sejak menjabat pada Mei 2020.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah