AS Luncurkan Serangan Udara ke Milisi yang Didukung Iran di Suriah

- 28 Juni 2021, 09:55 WIB
Ilustrasi serangan udara
Ilustrasi serangan udara /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran di Irak dan Suriah pada Minggu 27 Juni 2021.

Baca Juga: Kelompok Saingan Palestina Bentrok saat Protes Kematian Nizar Banat

Serangan itu dilakukan AS sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak terhadap personel dan fasilitas AS di Irak, dengan milisi mengancam untuk membalas.

Militer AS mengatakan pihaknya menargetkan fasilitas operasional dan penyimpanan senjata di dua lokasi di Suriah dan satu lokasi di Irak. Tidak disebutkan apakah mereka yakin ada yang tewas atau terluka, tetapi Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan setidaknya lima pejuang tewas dan beberapa lainnya terluka.

Serangan itu datang atas arahan Presiden Joe Biden, kedua kalinya dia memerintahkan serangan balasan terhadap milisi yang didukung Iran sejak menjabat lima bulan lalu. Biden terakhir memerintahkan pengeboman terbatas terhadap target di Suriah pada Februari, saat itu sebagai tanggapan atas serangan roket di Irak.

"Seperti yang ditunjukkan oleh serangan malam ini, Presiden Biden sudah jelas bahwa dia akan bertindak untuk melindungi personel AS," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera, yang berada di Baghdad, mengatakan serangan itu signifikan, dan mencatat bahwa kelompok-kelompok yang ditargetkan mengancam akan membalas.

Baca Juga: Kota Sidney dan Darwin di Australia Lockdown usai Serangan Varian Delta Covid-19

“Setelah ancaman ini, kita mungkin melihat eskalasi terhadap fasilitas militer,” katanya.

Serangan itu terjadi bahkan ketika pemerintahan Biden berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. Kritikus mengatakan Iran tidak dapat dipercaya dan telah menunjuk serangan pesawat tak berawak sebagai bukti lebih lanjut bahwa Iran dan proksinya tidak akan pernah menerima kehadiran militer AS di Irak atau Suriah.

Biden dan Gedung Putih menolak mengomentari serangan pada hari Minggu.

Lawrence Korb, mantan asisten menteri pertahanan AS, mengatakan serangan itu sangat pasti dapat dilihat sebagai pemberitahuan Biden terhadap Iran.

“Pertama kali dia menggunakan kekuatan militer sekitar sebulan setelah dia dilantik,” kata Korb kepada Al Jazeera.

“Saya pikir bukan kebetulan dia melakukannya untuk mengirim sinyal itu ke Iran. Fakta bahwa dia melakukannya sekarang ketika mereka akan menjalani putaran ketujuh pembicaraan tentang JCPOA adalah dia mengatakan hanya karena kita ada di sana, itu tidak berarti kita akan mengabaikannya (masalah lain)," ucapya.

Baca Juga: Menkes Inggris Mundur usai Kepergok Melanggar Prokes dengan Mencium dan Merangkul Ajudannya

Sejak awal tahun telah terjadi lebih dari 40 serangan terhadap kepentingan AS di Irak, di mana 2.500 tentara Amerika dikerahkan sebagai bagian dari koalisi internasional untuk memerangi sisa-sisa kelompok ISIL (ISIS).

Sebagian besar adalah bom terhadap konvoi logistik, sementara 14 adalah serangan roket, beberapa di antaranya diklaim oleh faksi pro-Iran yang bertujuan untuk menekan Washington agar menarik semua pasukan mereka.

Serangan itu terjadi satu hari setelah pejabat Kurdi Irak mengatakan tiga pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak menghantam dekat kota Arbil di Irak utara, di mana AS memiliki konsulat.

Itu juga terjadi ketika Hashed al-Shaabi, aliansi paramiliter pro-Iran yang menentang kehadiran AS di Irak, mengadakan parade militer di dekat Baghdad yang dihadiri oleh pejabat senior.

Dua pejabat AS, yang berbicara kepada kantor berita Reuters dengan syarat anonim, mengatakan milisi yang didukung Iran telah melakukan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas di Irak yang digunakan oleh AS dan personel koalisi sejak April.

Pentagon mengatakan fasilitas yang ditargetkan digunakan oleh milisi yang didukung Iran termasuk Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

Salah satu fasilitas yang ditargetkan digunakan untuk meluncurkan dan memulihkan drone, kata seorang pejabat pertahanan.

Baca Juga: Buntut Serangan Christchurch, Selandia Baru Tingkatkan Undang-Undang Ujaran Kebencian

Militer AS menggunakan jet tempur F-15 dan F-16 dalam penggerebekan dan mengatakan pilot kembali dengan selamat.***

Editor: Faisal Rizal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah