Bocorkan Informasi Rahasia, Rusia Tahan Kepala Penelitian Teknologi Hipersonik

- 12 Agustus 2021, 20:19 WIB
Ilustrasi bendera Rusia
Ilustrasi bendera Rusia /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Agen keamanan Rusia menahan kepala fasilitas penelitian yang berspesialisasi dalam teknologi hipersonik berusia 73 tahun atas dugaan pengkhianatan.

Mengutip Kantor Berita TASS Rusia, tersangka Alexander Kuranov yang ditangkap di Moskow, akan muncul di pengadilan pada Kamis 12 Agustus 2021 malam waktu setempat.

"Dinas Keamanan Federal ingin ditahan selama dua bulan," demikian laporan TASS.

Kuranov, direktur umum Fasilitas Penelitian Sistem Hipersonik yang berbasis di St Petersburg, adalah seorang ahli dalam teknologi hipersonik dan mengawasi pekerjaan konsep untuk pesawat hipersonik baru yang dijuluki Ayaks menurut situs web fasilitas tersebut.

Teknologi hipersonik memungkinkan objek untuk melakukan perjalanan jauh lebih cepat daripada kecepatan suara.

Baca Juga: Pejuang Taliban Rebut Kota Ghazni yang Strategis di Afganistan usai Pasukan AS Ditarik Joe Biden

Rusia, yang hubungannya dengan barat telah memburuk ke posisi terendah pasca Perang Dingin sejak 2014 silam, telah mengembangkan sejumlah senjata hipersonik dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut senjata hipersonik tersebut tak tertandingi.

Dilansir dari Kantor Berita Interfax, Alexander Kuranov ditahan, karena diduga memberikan informasi rahasia kepada seorang Warga Negara Asing tentang penelitian teknologi hipersonik yang telah lama ia kerjakan.

Kasus pengkhianatan dan spionase biasanya diadakan di balik pintu tertutup di Rusia dan rincian kasus jarang terungkap karena sifatnya yang rahasia.

Pengadilan Moskow mengkonfirmasi akan bersidang untuk menentukan persyaratan penahanan Kuranov pada hari Kamis 12 Agustus 2021 waktu setempat. Sementara, pengacara Kuranov tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Baca Juga: WHO Uji Coba 3 Obat Ini untuk Pengobatan Covid-19

Pengkhianatan terhadap negara dapat dihukum hingga 20 tahun penjara. Hukuman itu dijatuhkan kepada seorang dosen penerbangan dari Moskow pada April 2021 lalu, setelah dia dinyatakan bersalah mengekspor teknologi atau informasi teknis secara ilegal.

Sejumlah ilmuwan, tentara, dan pejabat Rusia telah didakwa melakukan makar dalam beberapa tahun terakhir setelah dituduh menyebarkan materi sensitif ke negara asing.

Kritik terhadap Kremlin mengatakan tuduhan itu seringkali tidak berdasar dan tidak dapat diteliti karena diklasifikasikan.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah