Mengapa Ekonomi Rusia Tetap Stabil? Meskipun Dihantam Sanksi Berat dari AS dan Uni Eropa

- 24 Februari 2023, 01:41 WIB
Ilustrasi suasana Rusia usai diberi sanksi berat oleh AS dan Uni Eropa, namun ekonomi tetap stabil
Ilustrasi suasana Rusia usai diberi sanksi berat oleh AS dan Uni Eropa, namun ekonomi tetap stabil /Lubov Tandit/Pexels

Badan statistik resmi Rusia pekan ini melaporkan, perekonomian di negaranya hanya mengalami kontraksi sebesar 2,1 persen pada tahun 2022.

Chris Weafer, yang pernah bekerja di Rusia selama 25 tahun sebagai penasihat investasi dan ahli strategi mengatakan, pada bulan-bulan awal setelah invasi ke Ukraina memang ada banyak kepanikan di Rusia tentang ekonomi. Bukan hanya karena sanksi, tetapi juga karena banyak perusahaan asing yang meninggalkan Rusia.

"Ada spekulasi bahwa hilangnya rute perdagangan dan logistik akan sangat memukul manufaktur. Jadi sekitar waktu itu, saya sangat pesimis tentang prospek ekonomi untuk tahun 2022," ujarnya seperti dikutip dari DW.

Namun pada bulan Mei 2022 prospek ekonomi di Rusia ternyata membaik dengan cepat.

"Anda bisa melihat bahwa prediksi terburuk tidak akan terjadi," katanya.

Baca Juga: MUI Kecam Pembakaran Al Quran di Swedia, Minta Tindak Tegas Kelompok Ekstremis

Alasan lain mengapa ekonomi Rusia tetap kokoh adalah menguatnya hubungan dagang Rusia dengan Asia, terutama dengan China dan India. Rusia bisa mendapatkan produk-produk Barat yang tidak masuk dari Eropa dan AS melalui negara-negara pihak ketiga seperti China, India dan negara-negara Asia lainnya.

Alexandra Vacroux mengatakan, China adalah pemenang besar dari situasi ini. Perdagangan bilateral dengan Rusia melonjak, dan Moskow juga makin tergantung pada Beijing.

"Sebenarnya China tidak terlalu peduli dengan Rusia," katanya, karena perdagangan dengan Rusia hanya 3 persen dari seluruh perdagangan China.

Sebaliknya, situasi Rusia makin tergantung dari China. Itu sebabnya, China sekarang berani menegur Rusia, misalnya ketika Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Putin agar jangan menggunakan nuklir saat menginvasi Ukraina.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x