“Kami menderita, dan dunia tidak bergerak sedikit pun. Ini adalah SOS untuk seluruh dunia. Anda harus membantu kami,” katanya kepada wartawan setelah diumumkan bahwa satu-satunya pembangkit listrik di Gaza telah kehabisan bahan bakar.
Sementara itu, Human Rights Watch, sebuah organisasi hak asasi manusia global, mengatakan pemerintah Israel, penguasa pendudukan atas Gaza, berdasarkan hukum internasional harus memastikan bahwa kebutuhan dasar penduduk terpenuhi.
“Sebaliknya, mereka sejak tahun 2007 menjadikan Gaza sebagai penjara terbuka, menerapkan pembatasan besar-besaran terhadap pergerakan orang dan barang. Setelah serangan akhir pekan oleh Hamas, pihak berwenang kini semakin menutup tembok penjara tersebut,” katanya.
Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa Hamas harus diadili atas pembunuhan warga sipil di Israel, tetapi merampas listrik dan bahan bakar bagi seluruh penduduk Gaza karena tindakan individu adalah bentuk hukuman kolektif.
“Menteri Energi dan Infrastruktur Israel telah memperjelas bahwa serangan Hamas baru-baru ini adalah alasan kami memutuskan untuk menghentikan aliran air, listrik, dan bahan bakar. Taktik ini merupakan kejahatan perang, sama halnya dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang,” kata HRW.
Namun pada hari Kamis 12 Oktober 2023 waktu setempat, Menteri Energi Israel Katz berjanji negaranya tidak akan mengizinkan sumber daya dasar atau bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sampai Hamas membebaskan orang-orang yang mereka tangkap dalam serangan mendadak akhir pekan lalu.
“Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Saklar listrik tidak akan dinyalakan, keran air tidak akan dibuka, dan truk bahan bakar tidak akan masuk sampai para korban penculikan Israel dipulangkan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 150 warga Israel, orang asing dan berkewarganegaraan ganda dibawa ke Jalur Gaza oleh pejuang Hamas sebagai bagian dari serangan hari Sabtu lalu yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel, menurut para pejabat Israel.
Israel pada gilirannya melancarkan kampanye udara tanpa henti di Gaza, sejauh ini menewaskan lebih dari 1.200 orang, kata pejabat kesehatan Palestina.***