Turunkan Angka Anak Putus Sekolah, Aplikasi SIAP Sekolah Diluncurkan, Dilaunching Sekda Sanggau

23 Oktober 2023, 22:44 WIB
Sekda Kukuh didampingi Kadis Dikbud Alipius dan Forkompimda menekan tanda di handphone pertanda aplikasi mulai bisa digunakan, Senin 22 Oktober 2023 /Abang Indra/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK - Sekretaris Daerah Kabupaten Sanggau Kukuh Triyatmaka melaunching aplikasi Sistem Informasi Anak Putus Sekolah (SIAP Sekolah) yang berlangsung di aula Harvey Hotel, Kelurahan Ilir Kota, Senin 23 Oktober 2023.

Aplikasi kreatif dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sanggau Alipius itu merupakan salah satu syarat Diklat Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) 2 yang diikutinya.

 

 

Hadir dalam launching aplikasi tersebut yaknii Kepala Disdikbud Alipius, perwakilan jajaran Forkompimda, Kepala Kantor Kementerian Agama Sanggau Anuar Ahmad, Anggota DPRD Sanggau Bambang Winayu, peneliti anak putus sekolah dari UNTAN, para Kepala Dinas, Camat dan Kades/Lurah di Kabupaten Sanggau, komunitas guru dan tamu undangan lainnya.

Saat sambutan, Kepala Disdikbud Sanggau Alipius menyampaikan alasan dirinya mengangkat tema anak putus sekolah dalam Diklat PKN 2 yang diikutinya.

Baca Juga: Hadir di Peringatan Hari Santri Nasional, Ini Harapan dan Doa Kadis BMSDA John Hendri

"Dari sekian banyak tupoksi kami di Disdikbud, kenapa kami akhirnya memilih anak putus sekolah karena angkanya cukup tinggi dari tahun ketahuan sehingga ini menjadi tantangan untuk kami mencari solusinya," kata Alipius.

Alipius juga menyebut IPM Kabupaten Sanggau berada diposisi ke-10 dari 14 Kabupaten/Kota dengan nilai IPM tahun 2022 sebesar 66,91 persen.

Angka ini menurutnya di pengaruhi sektor pendidikan yang menjadi urusan wajib, dimana angka harapan lamanya sekolah yang tercatat hanya 11,61 dan lamanya sekolah 7,41.

Baca Juga: Peringati Hari Santri Nasional, Ketua PCNU Doakan Indonesia Jadi Negara yang Makmur

"Dalam RPJMD yang ditetapkan pemerintah daerah, angka anak putus sekolah tingkat SD ditargetkan 0,03 persen, sementara ditingkat SMP 0,4 persen, tetapi sampai hari ini realisasi anak putus sekolah tingkat SD 0,32 persen dan SMP 1 persen. Jadi, antara target dehgan realisasi masih terpaut cukup jauh sehingga ini menjadi tugas kita agar bisa mencapai target RPJMD," ungkapnya.

Dikesempatan itu, mantan Kepala Dinas PMPTSP itu juga membeberkan alasan anak putus sekolah.

"Ada dua faktor, eksternal dan internal. Faktor eksternalnya adalah masalah ekonomi atau kemiskinan, kemudian masalah pengaruh atau dilarang orang tua, masalah sosial, budaya dan pengaruh lingkungan serta masalah aksesibilitas yang terbatas. Faktor internalnya yakni malas sekolah lebih memilih bekerja, pernah dibuly dan rendah diri, masalah kesehatan dan terakhir masalah menikah diusia dini," ungkapnya.

Baca Juga: Perbaikan Kerusakan Jalan Flamboyan Sanggau Permai Mulai Dianggarkan, Dana Disiapkan Rp2 Miliar

Alipius menyebut, permasalahan anak putus sekolah merupakan permasalahan yang komplek dan saling keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, penanganannya tidak bisa hanya dilakukan oleh Dikbud saja namun melibatkan stakeholder terkait lainnya dalam membangun kolaborasi dan kerjasama lintas sektoral baik dengan Forkompimda, OPD, lembaga masyarakat insan pendidikan dan lain sebagainya agar lebih efektif dan maksimal dalam penanganannya.

Sementara itu, Sekretaris daerah Sanggau Kukuh Triyatmaka mengapresiasi lahirnya aplikasi SIAP Sekolah ini. Ia menyebut, aplikasi ini merupakan tonggak penting dalam upaya pemerintah daerah mengindentifikasi anak-anak yang terpinggirkan dari sistem pendidikan atau istilah lain putus sekolah.

Baca Juga: ASN Diwarning Sekda Sanggau Jangan Lakukan Ini, Terancam Pidana hingga Pemecatan

Dijelaskan Kukuh, aplikasi ini akan membantu beberapa hal, diantaranya pertama, membantu Pemda mengidentifikasi anak-anak putus sekolah by name by adressnya. Kedua, memungkinkan Pemda melacak perkembangan anak yang telah kembali ke sekolah.

"Dari situ kita dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan untuk tetap berada didalam sistem pendidikan," terangnya.

Ketiga, memungkinkan Pemda mengukur program yang sudah diterapkan.

"Tentunya dengan data yang lebih baik kita dapat mengevaluasi apa yang sudah berhasil dan apa yang belum,' ujar Kukuh panjang lebar.***(Abang Indra)

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Abang Indra

Tags

Terkini

Terpopuler