Network
WARTA PONTIANAK - Indonesia yang mengalami resesi imbas pagebluk Covid-19. Perekonomian Negara tetangga pun, seperti Malaysia turut mengalami resesi. Kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Malaysia mengalami kontraksi hingga minus 17,1 persen dilanjutkan kuartal III 2020 yang mengalami minus 2,7 persen.
Hal ini yang menjadi penyebab razia besar-besaran terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Terutama di Sarawak. Bagi PMI yang melakukan pelanggaran –keimigrasian dan pidana lainnya--, maka akan diamankan dan dipenjara. Setelah itu, mereka dipulangkan atau dideportasi ke Negara asal.
“Imbasnya dari Covid-19 ini, pemerintah Malaysia khususnya Sarawak melakukan razia besar-besaran terhadap PMI (Pekerja Migran Indonesia) non-prosedural,” jelas Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Pontianak, Kombes Polisi Erwin Rachmat dalam kegiatan coffee morning bersama awak media di kantornya, Senin 14 Desember 2020.
Baca Juga: Akibat Pagebluk Covid-19, 201 Calon PMI Gagal Bekerja di Luar Negeri
BP2MI Pontianak mencatat, terjadi peningkatan pemulangan PMI non prosedural atau bermasalah melalui skema deportasi maupun repatriasi di tahun 2020.
PMI yang dideportasi Pemerintah Malaysia pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 61 persen dari 2.732 PMI ditahun 2019 menjadi 4.401 pada tahun 2020.
Peningkatan pemulangan PMI bermasalah pun terjadi melalui skema repatriasi dari 161 PMI di tahun 2019 menjadi 374 PMI pada tahun 2020 atau terjadi peningkatan sebanyak 143 persen.
“Tingginya angka deportasi dan repatriasi disadari BP2MI Pontianak akibat terputusnya informasi mengenai bekerja aman di luar negeri,” katanya.
Baca Juga: BP2MI Dibantu Polda kalbar Buru Agen Penyalur 8 PMI yang Disekap di Malaysia
Untuk itu tahun 2020, BP2MI Pontianak melakukan sosialisasi di daerah kantong PMI yang banyak bermasalah seperti Sambas dan Bengkayang.
