Maman Abdurrahman, Penyitas Covid-19 yang Akhirnya Jadi Pedonor Plasma Konvalesen

- 21 Mei 2021, 14:01 WIB
Maman Abdurrahman, Legislator Senayan asal Kalbar yang mendonorkan darahnya untuk penyintas covid-19
Maman Abdurrahman, Legislator Senayan asal Kalbar yang mendonorkan darahnya untuk penyintas covid-19 /Istimewa/

WARTA PONTIANAK - Anggota DPR RI yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kalbar, Maman Abdurrahman, mendonorkan plasma konvalesen untuk pasien Covid-19 di RSUD dr Soedarso Pontianak, Kamis (20/5/2021).

Plasma konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien Covid-19 yang telah sembuh. Maman sendiri merupakan pasien Covid-19 yang sempat dirawat di RSUD dr Soedarso dan berhasil sembuh.

"Alhamdulillah saya didampingi Bu Saripawan (Direktur RSUD dr Soedarso) barusan melakukan tes awal sebagai salah satu prasyarat untuk mendonorkan plasma konvalesen," kata Maman kepada wartawan, Kamis sore.

Baca Juga: Nama Maman Abdurrahman Muncul, Tapi Sutarmidji Pilihan Responden Jadi Cawapres RI 2024

Anggota Komisi VII DPR RI ini menjelaskan, tes awal yang dijalaninya untuk menemukan apakah antibodi dalam tubuhnya pasca tertular Covid-19 masih ada atau tidak. Karena, rata-rata orang pasca terjangkit Covid-19, badannya langsung terbentuk antibodi sendiri.

"Antibodi atau darah orang pasca terjangkit Covid-19 itu nanti diambil. Intisari darah atau plasmanya itu yang diambil atau dipakai untuk didonorkan kepada mereka yang terjangkit Covid-19. Sekarang saya menunggu hasilnya (tes awal) dulu, kalau hasilnya bagus, artinya besok saya sudah langsung bisa mendonorkan," katanya.

Tidak hanya menyandang kapasitas sebagai Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Kalbar saja, Maman juga melainkan sebagai penyintas atau mantan pasien Covid-19.

Kondisinya kala itu tergolong parah. Bahkan sempat mengalami kondisi kritis. Sehingga paru-parunya mengalami phenomia. Karena terdapat bercak putih setelah dirontgen. Ia pun sempat harus menggunakan ventilator untuk membantu pernafasannya.

Karena oksigen yang dihirupnya tak mencukupi untuk sampai ke otak, sehingga menyebabkan fase kritis selama beberapa hari. Kala itu kondisinya sempat berada dititik nadir, karena harus menggunakan bantuan ventilator untuk bernafas serta kehilangan indera penciuman maupun perasa. Sehingga menyebabkan susah makan.

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah