Kisah Perjuangan Pendistribusian Energi Berkeadilan di Pedesaan

- 23 Oktober 2020, 19:29 WIB
TULUS MELAYANI - Petugas operator Syarifah Aini dan Kepala Desa RJU Iwan Kurnia Putra sedang melayani konsumen di outlet Pertashop
TULUS MELAYANI - Petugas operator Syarifah Aini dan Kepala Desa RJU Iwan Kurnia Putra sedang melayani konsumen di outlet Pertashop /Ocsya Ade CP/

WARTA PONTIANAK - Syarifah Aini harus sabar dengan kritikan calon pembeli. Karena, produk dagangannya cukup asing bagi masyarakat pedesaan. Harganya lebih mahal dari yang biasa digunakan masyarakat. Perempuan 23 tahun itu adalah operator di Pertamina Shop (Pertashop). Tugasnya, menjual bahan bakar minyak (BBM) non subsidi jenis pertamax. Setiap hari, Aini harus tulus memberikan pemahaman ke calon pembeli agar produk dagangannya dikenal dan terjual.

Menurutnya, pemahaman ini penting diberikan. Karena banyak warga yang belum paham dengan kualitas pertamax. Sementara di kios-kios pinggiran jalan, ada BBM jenis lain yang lebih murah. "Ah, mahal. Mending beli bensin (premium, red) di kios eceran. Kurang lebih harganya". Begitu Aini menirukan kalimat yang hampir setiap hari didengarnya dari calon pembeli.
 
Aini merupakan warga Desa Rasau Jaya Umum (RJU), Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat yang diseleksi pemerintah desa untuk mengikuti pelatihan sebelum menjadi operator. Sejak 3 Oktober, dia mulai berjaga dari pukul 06.00 Wib hingga 20.00 Wib, untuk tulus melayani masyarakat yang membutuhkan BBM ini. "Sampai sekarang, per hari terjual 100-200 liter. Pelan-pelan menjelaskan ke warga. Insya Allah ramai," ujarnya.
 
 
Terjual ratusan liter per hari, bukan hal mudah baginya. Aini harus siap dan sabar mendengar kritikan calon pembeli saban hari. "Ada yang tanya ini bensin kah? Saya bilang ini pertamax. Mereka tanya lagi, jenis bensin apa? Ada yang bilang, mahal Mbak. Tidak jauh beda dengan harga bensin eceran yang di pinggir jalan. Lalu, pergi tanpa membeli," beber Aini.
 
Karena sudah dibekali pengetahuan komunikasi, Aini pun terus menyosialisasikan manfaat produk dagangannya. "Saya jelaskan, kalau ini (pertamax, red) bahan bakar yang paling bagus untuk kendaraan agar terawat. Harganya pun beda berapa ratus rupiah dengan premium di kios. Daripada uang receh ratusan rupiah berceceran di rumah. Saya bilang begitu," sambungnya.
 
Akhirnya, kata Aini, warga yang awalnya enggan membeli, kini menjadi pelanggan tetap. Sebelumnya ada juga calon pembeli yang sudah buka jok dan tutup tangki, tapi tidak jadi beli. "Dia langsung pergi. Eh, tidak lama kembali lagi. Boleh lah, katanya begitu. Setelah dijelaskan, banyak pula yang jadi pelanggan," kisah Aini.
 
 
Berdasarkan catatan, lanjut Aini, pembeli pertamax ini tidak hanya warga yang kebetulan melintas. Tapi, juga ada warga setempat yang mengulang. "Banyak masyarakat di sini mengulang membeli. Hari ini lakunya seratus liter lebih," ujar Aini kepada media ini, Rabu 21 Oktober 2020 sore.
 
ISI TANGKI - Pemindahan Pertamax ke tangki Pertashop di Desa Rasau Jaya Umum, Kubu Raya
ISI TANGKI - Pemindahan Pertamax ke tangki Pertashop di Desa Rasau Jaya Umum, Kubu Raya
 
Penerima Manfaat
 
Rudi, warga Desa Pematang Tujuh ini menjadi pelanggan tetap. Setiap hari, Senin sampai Jumat, dia harus pergi-pulang melintasi beberapa desa untuk sampai di tempat kerjanya, di Desa RJU. Desa Bintang Mas II, Desa RJU, Desa Rasau Jaya I dan kembali ke Desa RJU harus dilintasinya untuk sampai di tempat kerja.
 
Medannya, bebatuan dan berdebu sepanjang belasan kilometer (KM). Kondisi ini tentu mengharuskan Rudi menjaga stamina prima sepeda motornya. Selain perawatan berkala, menggunakan BBM yang angka oktannya atau "Research Octane Number" (RON) 92 itu juga bisa menjaga stamina motor.
 
"Saya baca-baca di internet dan info dari teman yang mengerti mesin, penggunaan pertamax justru lebih bagus untuk kendaraan. Selain itu, tarikan atau daya pacu kendaraan yang menggunakan pertamax lebih bagus dari pada premium," katanya.
 
 
Jarak 19 KM dari rumah ke tempatnya bekerja pun membuat Rudi harus betul-betul berhitung dalam menggunakan BBM untuk motornya. Setelah kehadiran Pertashop di perlintasannya, membuat anggota Manggala Agni Daops Pontianak ini menjadi mantap untuk berpaling ke pertamax. "Selain motor terawat, lebih hemat juga menjadi salah satu alasan kenapa saya berpindah hati menggunakan pertamax," kata Rudi.
 
Kepada rekan kerjanya, Rudi begitu bersemangat menjelaskan hitung-hitungannya dan membandingkan penggunaan premium dengan pertamax. Dia tidak menghitung per liter dalam penggunaan BBM. Tapi menghitung dengan mengisi penuh tangki motornya.
 
Rudi membandingkan mengisi motornya sekitar 4,2 liter premium seharga Rp 35.700,- (satu liter Rp 8.500,- harga eceran di kios) yang digunakan selama tiga hari pergi pulang. Artinya, 4,2 liter premium dapat digunakannya untuk jarak tempuh 114 KM (6 kali pulang pergi dikalikan 19 KM).
 
Sementara dengan pertamax yang harganya Rp 9.200,- per liter di Pertashop (satu harga) bisa dia gunakan untuk lima hari pulang pergi. Untuk 4,2 liter pertamax Rudi menghabiskan Rp 38.640,-. "Dengan pertamax, saya bisa gunakan selama lima hari pulang pergi. Itupun masih ada sisa sedikit di tangki," bebernya.
 
Jadi, biaya BBM per hari kalau menggunakan pertamax, Rudi menghabiskan sebesar Rp 7.728,-. Sedangkan jika menggunakan premium, dia harus mengeluarkan biaya Rp 11.900,- per hari. "Kalau pun beli premium di SPBU, ya lebih hemat kalau pakai pertamax. Coba saja hitung. Intinya, kehadiran Pertashop di Rasau Jaya ini, banyak akan manfaat bagi masyarakat dan berkeadilan," terang Rudi.
 
 
Saat ini, lelaki kelahiran 1977 tersebut sudah menggunakan pertamax murni tanpa campuran. "Dulunya, kadang saya campur dengan premium, karena dulu harus ke kota dulu kalau mau beli pertamax. Kan sekarang sudah bisa beli pertamax lebih dekat, jadi murni," jelasnya.
 
Pusat Migas di Pedesaan
 
Pertashop yang dikisahkan Aini dan Rudi ini terletak di Jalan Parit Kubang, Desa RJU, Kecamatan Rasau Jaya. Desa yang dipimpin Iwan Kurnia Putra ini, satu-satunya desa di Kabupaten Kubu Raya --tetangganya Kota Pontianak-- yang menjalankan program Kementerian Dalam Negeri kerjasama dengan Pertamina.
 
"Alhamdulillah, di desa kami bisa ada Pertashop. Ini program Kemendagri yang mencari desa-desa untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Kami pemerintah desa bersama badan usaha milik desa (bumdes) mengajukan, alhamdulillah ditindaklanjuti dan hadirlah Pertashop ini," ujar Iwan.
 
Tidak hanya di desanya, bahkan di Kecamatan Rasau Jaya belum tersedia layanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Sehingga, desa yang dipimpin Iwan menjadi perhatian dan mendapatkan program ini. "Syaratnya, harus berada di lokasi yang berjarak belasan kilometer dari SPBU. Nah, di Parit Kubang ini yang tepat. Apalagi jalan ini penghubung empat kecamatan dan desa kami berbatasan dengan 14 desa," bebernya.
 
 
Diceritakan Iwan, awalnya memang banyak masyarakat yang terkejut dengan BBM non subsidi yang dijual ini. Karena memang terdengar asing bagi masyarakat pedesaan yang terbiasa menggunakan premium di kios-kios pinggiran jalan.
 
"Kami sosialisasikan dengan sabar dan melayani dengan tulus mengenai manfaatnya, warga mulai paham. Alhamdulillah, sudah mengejar target penjualan. Mudahan ke depan meningkat. Ya namanya usaha, selain semangat juang, selebihnya kita serahkan pada Yang Maha Kuasa," tuturnya.
 
Selain itu, kata Iwan, pihak pemerintah desa bersama Bumdes Rasau Bersama akan menjadikan lokasi ini pusat migas terpadu dengan menyediakan gas elpiji subsidi dan non subsidi. Hal itu agar tidak ada lagi masyarakat yang teriak kehabisan gas dan sebagai upaya pemerataan migas berkeadilan.
 
"Di lokasi ini, akan dijadikan semacam pangkalan gas. Jadi di sini lengkap, bisa dibilang pusatnya migas. Karena yang jadi masalah, masyarakat amat sulit mendapat gas elpiji. Terutama pelaku usaha. Nah, akhirnya pihak desa melewati bumdes mengusulkan ke Pertamina agar bisa mendapatkan gas elpiji subsidi 3.000 tabung per minggu. Dan yang non subsidi 5,5 kilogram itu seribu tabung," jelasnya.
 
 
Agar pendistribusian tepat sasaran, kata Iwan, pemerintah desa bakal mengeluarkan aturan. Seperti, melibatkan RT yang mendata berapa jumlah kebutuhan gas elpiji subsidi di wilayahnya. Setelah itu, Ketua RT mengambil gas elpiji sesuai kuota di pangkalan ini, dan masyarakat pemilik hak dapat mengambil di kediaman Ketua RT.
 
"Untuk kegiatan-kegiatan usaha yang menengah ke atas pun kami buatkan aturan untuk tidak menggunakan gas elpiji yang 3 kilogram itu. Kami mewajibkan mereka menggunakan gas elpiji non subsidi yang dapat dibeli di sini," ujarnya.
 
Tak hanya itu, empat perusahan perkebunan sawit yang ada di Desa RJU juga diwajibkan menggunakan gas non subsidi. Kerja sama ini sedang digodok Iwan. Upaya lobi yang dilakukan sudah sampai 80 persen. "Tinggal menghadirkan barang saja. Ini profit, karena empat perusahaan itu bisa menghabiskan sekitar 300 tabung yang 5,5 kilogram per minggu. Ya, gas dipakai untuk karyawan mereka," terang Iwan.
 
 
Di lokasi yang sama akan dibangun minimarket dan fasilitas umum lainnya, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelintas. Konsepnya, di lahan 20 meter kali 20 meter ini akan dikemas semacam rest area. "Jadi, tidak hanya beli migas, masyarakat juga bisa santai sejenak mengendurkan otot tulang selama perjalanan. Lahan kita luas kok. Bisa banyak unit usaha yang kita buat di sini. Keuntungannya untuk desa kembali ke masyarakat," tutup Iwan.
 
PERTASHOP - Warga melintas di Jalan Parit Kubang tepat di depan outlet Pertashop Desa RJU
PERTASHOP - Warga melintas di Jalan Parit Kubang tepat di depan outlet Pertashop Desa RJU
 
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Desa
 
Terobosan yang sudah diimplementasikan sejak tahun 2018 akhir di Pulau Jawa ini sebagai upaya untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat Indonesia terhadap kebutuhan energi yaitu minyak dan gas (migas). Program ini juga sebagai bentuk komitmen dalam menyalurkan energi hingga ke daerah-daerah yang cukup jauh jangkauannya ke SPBU. 
 
“Dengan tersedianya Pertashop di pedesaan, masyarakat akan semakin mudah memperoleh produk-produk berkualitas Pertamina dengan harga yang sama seperti di SPBU," jelas Reg. Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan, Roberth MV Dumatubun.
 
Lebih lanjut, Roberth mengatakan, dengan adanya Pertashop di level pedesaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat karena uang belanja BBM dan elpiji dapat ditekan dan pembangunan desa juga dapat meningkat.  
 
“Di sini ada dua pola investasi dalam pendirian Pertashop. Pertama, Pertamina yang berinvestasi dan desa yang menjalankan atau desa yang melakukan investasi dan ada rasio pembagian keuntungan. Dapat juga mengandeng swasta untuk berinvestasi,” tambah Roberth.
 
 
Pertashop ini sejalan dengan program OVOO (One Outlet One Village) dimana memastikan bahwa persebaran pangkalan elpiji 3 kilogram terdapat di masing-masing desa atau suatu daerah untuk pemerataan distribusi.
 
Di Kalbar yang dijuluki Bumi Khatulistiwa ini sendiri, ada 12 titik Pertashop. Tersebar di Kabupaten Kubu Raya, Sambas, Mempawah, Sintang, Kapuas Hulu dan Melawi. Khusus di Kubu Raya, dikatakan Sales Branch Manajer Pertamina Wilayah I Kalbar, Farid Akbar, outlet Pertashop ini hanya ada di Desa RJU.
 
"Menghadirkan outlet Pertashop di sana memang diperlukan. Mengingat masyarakatnya banyak, kebutuhan akan BBM di sana tinggi, tapi lokasinya jauh dari SPBU. Nanti, akan ada juga beberapa outlet di Kecamatan Rasau Jaya yang di titik-titik dianggap perlu," jelasnya saat ditemui di Pontianak, Sabtu 17 Oktober 2020.
 
Menurut dia, Pertashop ini sifatnya outlet bukan SPBU. Outlet ini untuk penjualan BBM berkualitas tinggi, salah satunya pertamax. Dengan adanya outlet di Rasau Jaya ini diharapkan masyarakat tidak perlu jauh-jauh kalau mau mendapatkan BBM berkualitas tinggi.
 
"Daerah Rasau kan jauh (sekitar 35 KM dari Kota Pontianak, ibukota Kalbar). Bisa dibilang 12-13 kilometer dari SPBU terdekat. Jadi, kita ingin memudahkan saja. Apalagi jalannya di sana jelek. Masyarakat kalau mau mengisi BBM habis seliter dulu untuk perjalanan, kan kasihan. Nah, kita hadirkan outlet di sana, biar masyarakat lebih mudah mendapatkan akses BBM," ujarnya.
 
 
Penerima manfaat dari program ini, dipastikan Farid, tak hanya 6.631 penduduk di Desa RJU itu sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi masyarakat daerah lain yang bisa mengakses ke lokasi pusat migas di Rasau Jaya ini. "Prinsipnya, kita inginkan masyarakat yang mencari BBM kualitas tinggi, tidak jauh-jauh ke kota. Seperti di Rasau Jaya, desa-desa lain dan beberapa wilayah di kabupaten lain, seperti Kabupaten Mempawah," jelas dia.
 
Untuk masyarakat pesisir pun, kata Farid, bisa memanfaatkan pelayanan Pertashop ini. Masyarakat bisa membeli BBM di sana menggunakan drum kemudian diangkut menggunakan kapal untuk disalurkan ke daerah-daerah pelosok. "Jadi pengiriman BBM ke daerah yang jauh pakai drum dan kapal itu, diperbolehkan. Karena ini non subdisi, jadi pengawasannya tidak seperti subsidi," tegasnya.
 
Di Desa RJU ini, lanjut Farid mengatakan, outlet Pertashop dikelola oleh bumdes desa setempat. Anggarannya, menggunakan sebagian dana desa. Luas lahan yang disiapkan, sekitar 400 meter persegi. Menurut Farid, sayang apabila hanya digunakan hanya untuk outlet Pertashop.
 
"Di sana lahannya besar, jadi di sana itu ingin menjadi outlet non PSO. Nanti kita bantu dari pengiriman tabungnya, memastikan stok tabungnya akan selalu dikirim rutin. Kita pastikan tabung kondisi bagus. Ya, kita berikan kemudahan dan beri program-program yang ada. Kuotanya kita sesuaikan saja," tutup Farid.***
 

Editor: Ocsya Ade CP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x