Di kesempatan yang sama, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pontianak, Abdul Syukur, mengingatkan bahwa perbedaan seharusnya menjadi pemersatu. Kerukunan tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, melainkan juga masyarakat, untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman dan damai.
“Perbedaan yang ada adalah kehendak Tuhan. Perbedaan agama, perbedaan suku budaya adat istiadat adalah suatu keniscayaan, yang tidak boleh diambil oleh siapapun, karena itu adalah hak asasi manusia,” ujarnya.
Baca Juga: Cegah Banjir dan Longsor, Wakil Rakyat Ajak Galakkan Penanaman Pohon
Ketua panitia webinar, Lulu Musyarofah mengatakan bahwa Yayasan SAKA mengadakan dialog ini dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-249 Kota Pontianak.
Sebelumnya Yayasan SAKA juga membuat serial video dokumenter yang melibatkan beragam paguyuban etnis, wali kota, dan sejarawan terkait Kota Pontianak.
“Untuk menciptakan kerukunan, maka modal yang harus kita tanamkan adalah toleransi, saling menghargai, dan saling menghormati. Maka dari itu diperlukannya buku-buku sejarah dalam perspektif lokal yang perlu dikembangkan,” pungkasnya. (***)