16 Tahun Berlalu, Berikut Beberapa Fakta Tsunami Aceh

- 26 Desember 2020, 14:43 WIB
Museum Tsunami Aceh, peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh jadi momen kebangkitan pariwisata Aceh di tengah Pandemi, Menparekraf meyakinkan hal itu
Museum Tsunami Aceh, peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh jadi momen kebangkitan pariwisata Aceh di tengah Pandemi, Menparekraf meyakinkan hal itu /Dok. Kemenparekraf

WARTA PONTIANAK – Peristiwa tsunami 26 Desember 2004 lalu, tampaknya tidak akan pernah dilupakan oleh masyarakat  Aceh, dan seluruh masyarakat Indonesia.

Gelombang tsunami tersebut dicatat sebagai bencana alam terparah selama sejarah.

Kini 26 Desember 2020, banyak masyarakat dan netizen mengenang peristiwa tersebut dengan menuliskan #16TahunTsunamiAceh di media sosial Twitter.

Berikut beberapa fakta mengenai Tsunami Aceh yang Warta Pontianak rangkum dari dw.com:

 Baca Juga: 16 Tahun Usai Tsunami Aceh, Masih Adakah Potensi Bencana Besar di Sumatra?

  1. Gelombang raksasa terjadi setelah gempa bumi di bawah laut. Pusat gempa ada pada kedalaman sekitar 30 kilometer di bawah dasar laut dengan kekuatan gempa saat itu mencapai 9,1 sampai 9,3 pada skala Richter.
  2. Gempa yang terjadi merupakan gempa terbesar kedua dalam 100 tahun terakhir setelah gempa bumi di Chile pada tahun 1960 yang berkekuatan 9,5 skala Richter.
  3. Gelombang raksasa juga mencapai kawasan wisata di Thailand, Sri Lanka, dan sebagian India.
  4. Sekitar 230.000 orang tewas di 14 negara. Kerusakan terparah di Sumatra dengan sekitar 170.000 korban tewas.
  5. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tsunami Aceh sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi.
  6. Pada 31 Desember 2004, Indonesia dinyatakan sebagai kawasan bencana tsunami terparah.

 Baca Juga: Ekosistem Garis Pantai Sangat Penting untuk Mitigasi Bencana Tsunami

  1. Pada 5 Januari 2005, Eropa memperingati korban tsunami dengan aksi mengheningkan cipta di berbagai kota besar dan dalam sidang parlemen. Jerman menyatakan sekitar 1.000 warganya yang sedang berwisata di Asia Tenggara hilang. Pemerintah Jerman memutuskan bantuan senilai 500 juta Euro untuk bantuan kemanusaiaan dan pembangunan kembali di kawasan bencana.
  2. 14 Maret 2005, Indonesia dan Jerman membangun sistem peringatan dini tsunami. Perangkat teknisnya merupakan sumbangan Jerman kepada Indonesia, senilai 40 juta Euro. Sistem itu dikenal sebagai GITEWS (German Indonesian Tsunami Early Warning System). Tahun 2008 dikembangkan menjadi InaTews (Indonesia Tsunami Early Warning System). ***

Editor: Yuniardi

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x