WARTA PONTIANAK - Seiap diakhir pekan, "Kopi Gandroeng" menjadi tempat berkumpul ramai anak muda dan mahasiswa nongkrong sambil makan dan minum kopi.
Baca Juga: ISA Malaysia Sampaikan Perkembangan Kasus Radikalis ISIS
Tak hanya dijadikan untuk tempat tongkrongan semata, akan tetapi Kopi Gandroeng yang terletak di Kota Yogyakarta ini memiliki tujuan yang jauh lebih besar, yakni untuk mencegah pemuda yang kecewa menjadi seorang yang bepikiran radikal.
Itu adalah misi yang didorong oleh keinginan satu orang pemilik kopi Gandroeng untuk penebusan.
Pendiri Kopi Gandroeng, Muhammad In'am Amin, 44 mengakui belum pernah mendengar tentang Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) sampai hari ia menerima berita kematian adik bungsunya, sekitar 8.200 km jauhnya di Baghdad.
Wildan Mukhollad yang pada saat itu berusia 19 tahun tewas dalam serangan bom mobil bunuh diri pada Februari 2014 silam.
Ia adalah orang Indonesia pertama yang tewas dalam pertempuran untuk kelompok teror kekerasan ISIS di Timur Tengah.
Tindakannya membuat keluarganya disebut keluarga teroris yang memalukan dan diasingkan di kota asal mereka.
Selain itu, In'am selalu dibayangi dengan rasa bersalah karena tidak menyelamatkan Wildan dari takdirnya.