Sejarah Tradisi Ikat Kaki untuk Wanita Tiongkok

11 Januari 2021, 21:48 WIB
Tradisi mengikat kaki di Tiongkok /Tionghoa Info/

WARTA PONTIANAK - Ketika mendengar tradisi mengikat kaki, kita pasti langsung teringat dengan wanita Tiongkok. Tradisi mengikat kaki pertama yang tercatat dimulai pada jaman 5 Dinasti dan 10 Negara (907-979), dan menjadi lazim di jaman Dinasti Song (960-1279).

Melansir dari Tionghoa Info, kala itu selir favorit seorang Kaisar menari di atas bunga lotus emas dengan kaki terikat, yang kemudian mendapat perhatian sang Kaisar. Kemudian selir (gundik) yang lain pun menirunya, dan menjadikan praktik ini populer dalam istana, dan kemudian tersebar ke seluruh penjuru negeri. Praktik mengikat kaki ini dianggap melambangkan keindahan seorang wanita. 

Mengikat kaki dimulai di wilayah utara Negara itu, dan menyebar ke wilayah selatan. Pada abad ke-12, praktek ini semakin meluas di masyarakat biasa, dan memuncak pada masa Dinasti Qing.

Baca Juga: Besok, Basarnas Fokus Cari Korban dan Kotak Hitam Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Masyarakat Tiongkok percaya, untuk memiliki pernikahan yang baik, anak perempuan harus mengikat kaki mereka antara usia 4 hingga 9 tahun. Mengikat kaki juga menunjukkan status sosial wanita, karena hanya orang-orang miskin yang tidak perlu melakukannya.

Pada awal abad ke-19 (1800-an), banyak intelektual muda Tiongkok masa itu yang berpikiran terbuka, mulai menganggap tradisi mengikat kaki sebagai bentuk keterbelakangan Tiongkok, dan menganjurkan untuk menghapus praktik tersebut. Namun, setiap gerakan untuk menentangnya gagal. Baru pada tahun 1912, tradisi mengikat kaki (foot binding) ini dilarang oleh pemerintah Republik Tiongkok yang baru.

Pada tahun 1883, Kang Youwei (seorang pejabat penting masa itu) mendirikan Anti-Foot Binding Society untuk memerangi pengikatan kaki ini. Dia meminta putri-putrinya untuk tidak mengikat kaki mereka sebagai contoh. Namun, pemikiran tentang mengikat kaki ini terlalu mendarah daging di masyarakat untuk diguncang.

Baca Juga: 900 Polisi Kawal Pembacaan Putusan Praperadilan Rizieq Shihab Besok

Pada tahun 1902, Janda Permaisuri Cixi mengeluarkan dekrit anti foot binding yang pertama, tetapi segera dibatalkan. Pada tahun 1912, Sun Yat-sen melarang segala macam bentuk pengikatan kaki pada gadis-gadis muda Tiongkok, dan menyuruh orang tua mereka untuk berhenti memaksakan praktik ini. Baru pada saat itulah praktik ini mulai padam.

Hingga tahun 1950-an, hanya tinggal beberapa desa di wilayah selatan Yunnan saja yang kaum wanitanya masih menerapkan tradisi ini. Pada tahun 1999, Zhiqiang, pabrik sepatu terakhir yang membuat sepatu lotus di Harbin ditutup. Pada tahun 2007, diketahui hanya tinggal beberapa wanita lanjut usia di Tiongkok yang diketahui memiliki kaki terikat.

Baca Juga: Menteri Sakti: Ekspor Perikanan Harus Melalui Uji Laboratorium Esensial

Masyarakat penganut agama Islam di barat Tiongkok (Qinghai, Ningxia, dulunya bernama Xia Barat, Xi Xia), dan penganut Konghucu di Tiongkok sendiri juga menentang praktek-praktek mengikat kaki bagi gadis-gagis muda ini.

Tradisi mengikat kaki, mengenakan korset, dan menggunakan sepatu hak tinggi adalah perilaku wanita dalam mengejar kecantikan. Namun praktek seperti ini juga dapat membahayakan kesehatan mereka.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: tionghoa.info

Tags

Terkini

Terpopuler