Ternyata Anjing dan Pemiliknya Bisa Memiliki Alergi yang Sama

- 21 Januari 2021, 18:01 WIB
Seorang wanita sedang bermain dengan anjing peliharaannya
Seorang wanita sedang bermain dengan anjing peliharaannya /Pexels/

WARTA PONTIANAK - Beberapa dekade terakhir, data yang terkumpul dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak kesamaan dalam berbagai karakteristik psikologis dan fisik antara anjing dan pemiliknya. Misalnya, anjing dan pemiliknya tampaknya memiliki karakteristik emosional dan kepribadian yang sama.

Baru-baru ini, penelitian yang keluar dari Finlandia menunjukkan bahwa anjing dan pemiliknya juga memiliki kepekaan alergi yang sama. Mengapa bisa?

Dilansir dari Psychology Today, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Jenni Lehtimaki dari Institut Lingkungan Finlandia di Universitas Helsinki tampaknya memiliki jawabannya.

Baca Juga: Hati-hati! 7 Daftar Makanan Ini Bikin Anak Jadi Bodoh

Petunjuk pertama berasal dari fakta bahwa di lingkungan perkotaan, penyakit alergi lebih sering terjadi pada anjing dan pemiliknya bila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Itu menunjukkan bahwa mungkin ada faktor lingkungan. Para peneliti percaya bahwa ini terkait dengan mikrobiota gigi taring dan manusia.

Mikrobiota adalah istilah ilmiah untuk kumpulan mikroorganisme yang hidup di dalam tubuh. Kelompok mikrobiota tertentu ditemukan di kulit, di saluran pencernaan, mulut, vagina dan juga mata.

Baca Juga: Mbak You: Saya Tidak Ingin Dipercaya, Jangan Dipelintir Lagi!

Hubungan antara individu dengan mikrobiota seringkali bersimbiosis karena mikrobiota tersebut tampaknya membentuk respon sistem imun mamalia.

Pada banyak hewan, sistem kekebalan dan mikrobiota dapat terlibat dalam semacam percakapan silang yang pada dasarnya melatih sistem kekebalan dengan mengaktifkan sel reseptor pengenalan pola pada individu inang. Sel-sel ini digunakan untuk mengenali bahaya dan memperbaiki kerusakan. Namun berbagai faktor, termasuk patogen, dapat memengaruhi hubungan yang biasanya menguntungkan ini, dan ini dapat menyebabkan peradangan, penyakit autoimun, dan alergi.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Psychology Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x