Pasca Minyak Naik di Asia, Gejolak Politik di Rusia Picu Kekhawatiran Pasokan

26 Juni 2023, 17:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia naik di Asia /Pexels/

WARTA PONTIANAK - Harga minyak naik di perdagangan Asia, setelah pemberontakan oleh tentara bayaran Rusia selama akhir pekan menimbulkan kekhawatiran tentang ketidakstabilan politik di Rusia dan dampak potensial terhadap pasokan minyak dari salah satu produsen terbesar dunia.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 56 sen atau 0,8 persen menjadi 74,41 dolar AS atau setara Rp1,1 juta per barel pada pukul 07.25 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 44 sen atau 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 69,44 dolar AS atau setara Rp1,04 juta per barel. Kedua harga acuan naik sebanyak 1,3 persen di awal perdagangan Asia.

Bentrokan antara Moskow dan kelompok tentara bayaran Rusia Wagner dapat dihindari pada Sabtu 24 Juni 2023 setelah tentara bayaran bersenjata lengkap menarik diri dari kota Rostov di Rusia selatan di bawah kesepakatan yang menghentikan kemajuan cepat mereka di ibu kota.

Baca Juga: Kapal Robot Temukan Puing-puing yang Diduga Titan di Dasar Laut Atlantik Utara

Namun, tantangan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang cengkeraman kekuasaan Presiden Vladimir Putin dan kekhawatiran tentang kemungkinan gangguan pasokan minyak Rusia.

Konsultan Rystad Energy mengatakan dalam sebuah catatan pada Minggu 25 Juni 2023 malam waktu setempat, bahwa mereka tidak memperkirakan akan melihat kenaikan harga minyak yang signifikan sebagai akibat dari "peristiwa singkat".

"Namun, kami percaya bahwa risiko geopolitik di tengah ketidakstabilan internal di Rusia telah meningkat," tambah Rystad seperti dikutip dari Reuters.

Analis RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan ada kekhawatiran Putin akan mengumumkan darurat militer, mencegah staf di pelabuhan muat dan fasilitas energi melapor untuk bekerja, berpotensi menghentikan jutaan barel ekspor.

"Ini adalah pemahaman kami bahwa Gedung Putih secara aktif terlibat kemarin dalam menjangkau produsen utama dalam dan luar negeri tentang rencana darurat untuk menjaga pasokan pasar dengan baik jika krisis berdampak pada produksi Rusia," katanya dalam sebuah catatan pada Minggu 25 Juni 2023.

Baca Juga: Joe Biden : Pernyataan Presiden Xi Jinping Diktator, Tak Rusak Hubungan AS dan China

Analis Goldman Sachs mengatakan pasar dapat memperkirakan probabilitas volatilitas domestik yang cukup tinggi di Rusia yang menyebabkan gangguan pasokan. Namun, dampaknya bisa terbatas karena fundamental spot tidak berubah, tambah para analis.

Jumlah minyak dan gas alam yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan energi AS - indikator awal produksi di masa depan - turun selama delapan minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020, menurut laporan yang diikuti pada Jumat 23 Juni 2023.

Baik harga Brent maupun WTI turun sekitar 3,6 persen minggu lalu di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS dapat melemahkan permintaan minyak pada saat pemulihan ekonomi China juga mengecewakan investor setelah beberapa bulan data konsumsi, produksi dan properti lebih lemah dari perkiraan.

"Pertumbuhan ekonomi China telah menjadi mimpi buruk bagi pasar komoditas, terutama minyak dan logam industri," kata analis CMC Markets Tina Teng dalam sebuah catatan.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler