Kaum LGBT Batalkan Acara Pawai Pride usai Mengalami Kekerasan

- 5 Juli 2021, 21:48 WIB
Ilustrasi bendera LGBT
Ilustrasi bendera LGBT /PIXABAY

Dia memperingatkan acara tersebut berisiko menciptakan "konfrontasi sipil" dan menuduh politisi oposisi dan mantan Presiden Georgia Mikheil Saakashvili dan partai oposisinya Gerakan Nasional Persatuan (UNM) mengorganisir pawai dalam upaya untuk menabur keresahan di negara itu.

Giorgi Tabagari, direktur Tbilisi Pride, mengecam klaim perdana menteri sebagai tidak dapat dipercaya.

"Pernyataan memalukan dan PM yang sangat tidak bertanggung jawab, itu hanya memperburuk situasi yang sudah tegang," tweetnya.

Tabagari mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia berharap pawai itu akan menjadi penting bersejarah dan menunjukkan bahwa sikap terhadap minoritas seksual untungnya berubah di Georgia.

“Kami merasakan solidaritas yang tumbuh dari masyarakat Georgia dan dari politisi, tetapi masih ada kelompok homofobia yang kejam,” katanya.

Baca Juga: WNI Jadi LGBT di Jerman Unggah Video Jadwal Puasa Melalui TikTok, Netizen : Berpuasa buat Orang Berakal

Pandangan sosial menjadi semakin liberal di Georgia dalam beberapa tahun terakhir dan ada beberapa acara Pride.

Tetapi negara itu tetap sangat konservatif, dengan Gereja Ortodoks yang kuat telah berselisih dengan pemerintah sebelumnya yang condong ke Barat karena masalah sosial.

Gereja telah meminta para pendukungnya untuk berkumpul pada Senin sore untuk doa bersama menentang pawai Pride.

Pekan lalu, misi diplomatik Amerika Serikat dan Uni Eropa di Georgia, serta kedutaan besar 16 negara lainnya, mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak pemerintah Georgia untuk mengamankan hak berkumpul secara damai bagi semua orang di Georgia tanpa kecuali.

Halaman:

Editor: Faisal Rizal

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x