Network
WARTA PONTIANAK - Lebanon mendeportasi seorang koresponden saat tiba di bandara Beirut. Sebelum dideportasi jurnalis tersebut ditahan selama 1 malam kemudian diterbangkan ke Yordania.
Suleiman al-Khalidi, seorang warga negara Yordania, terbang ke Beirut pada 2 Agustus tetapi dihentikan oleh petugas pemeriksaan paspor yang membawanya ke samping untuk diinterogasi dan memintanya untuk menyerahkan komputer laptop dan ponsel perusahaannya.
Baca Juga: Mantan PM Malaysia Muhyiddin Yassin Ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pemulihan Virus Corona
Pihak berwenang tidak memberikan alasan atas permintaan tersebut. Setelah Khalidi menolak untuk menyerahkan peralatannya, dia dipindahkan ke pusat deportasi sebelum dikirim kembali ke Yordania pada hari berikutnya.
Reuters menulis kepada pihak berwenang Libanon meminta keputusan untuk dibatalkan.
"Kami telah memprotes kepada pejabat pemerintah Lebanon tentang perlakuan terhadap jurnalis Reuters Suleiman al-Khalidi dan mencari informasi lebih lanjut dari pihak berwenang ini, yang tidak memberikan penjelasan atas tindakan mereka," kata juru bicara Reuters.
"Pelaporan Suleiman telah independen dan tidak memihak, sesuai dengan Prinsip Kepercayaan. Reuters mengutuk segala pembatasan yang dikenakan pada jurnalis yang berusaha melaporkan berita untuk kepentingan publik."
Dalam tanggapannya, Direktorat Jenderal Keamanan Umum Lebanon mengatakan bahwa hukum Lebanon menjamin lingkungan media yang bebas. Tidak disebutkan apakah pengusiran Khalidi akan dibatalkan.
"Larangan masuknya dia ke Lebanon adalah murni keputusan berdaulat negara Lebanon, dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan atau profesinya," kata surat itu.
Surat itu menggambarkan keputusan itu sebagai penolakan masuk daripada deportasi karena pejabat tidak membuat cap masuk di paspor Khalidi.
