Ini Profil Pangeran Antasari, Sultan Banjar yang Gigih Berjuang Melawan Belanda

- 10 November 2021, 14:06 WIB
Pangeran Antasari
Pangeran Antasari /Dokumen Antara/

WARTA PONTIANAK - Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, Rabu 10 November 2021 memiliki makna yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. 

Karena, tanpa perjuangan pahlawan pada masa silam, mustahil Indonesia bisa merdeka dan bebas dari penjajahan hingga saat ini. 

Untuk itulah, sebagai bangsa yang menghargai sejarah perjuangan para pahlawan ini dalam memerdekakan Indonesia sudah selayaknya mengenal jasa para pahlawan. 

Diantara para pahlawan ini, ada seorang pejuang kemerdekaan RI yang dikenal dengan nama Pangeran Antasari. 

Baca Juga: WN Tiongkok Otak Pinjol Ilegal Diringkus Polisi saat Hendak Kabur ke Turki

Adapun, profil singkat dari Pangeran Antasari adalah seperti di bawah ini. 

Pangeran Antasari dilahirkan di Kayu Tinggi, Kesultanan Banjar pada tahun 1809. Ia gugur pada 11 Oktober 1862, tepatnya berusia 53 tahun di Bayan Begok, Hindia Belanda. 

Ayahnya adalah Pangeran Masud bin Pangeran Amir, dan Ibunya yakni Gusti Khadijah binti Sultan Sulaiman. 

Pangeran Antasari yang dipanggil juga dengan sebutan Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dan Gusti Inu Kartapati memiliki dua orang permaisuri yang bernama Ratu Antasari (Ratoe Idjah) binti Sultan Adam dan Nyai Fatimah. 

Baca Juga: Tiga Pelaku Pencuri 2 Ton Kabel PT Telkom Dibekuk Polisi

Dari para permaisurinya, Pangeran Antasari memiliki empat orang anak, yakni Panembahan Muhammad Said, Sultan Muhammad Seman, Putri Kaidah dan Putri Haisiah. 

Pada tanggal 14 Maret 1862, Pangeran Antasari dinobatkan menjadi Sultan Banjar. 

Jejak Perjuangan Pangeran Antasari

Sultan Banjar ini memulai perjuangan melawan penjajah Belanda, yakni saat pecahnya perang Banjar.

Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada tanggal 25 April 1859.

Selanjutnya, peperangan demi peperangan yang  dikomandoi Pangeran Antasari berkecamuk di seluruh wilayah Kerajaan Banjar.

Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Kemensos Gelar Upacara Tabur Bunga di Kepulauan Seribu

Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong dan sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan.

Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya.

Baca Juga: Polisi Libatkan Tim Ahli untuk Investigasi Kecelakaan Mobil yang Tewaskan Vanessa Angel dan Bibi

Bahkan, dalam peperangan, Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai, tidak seorangpun mau menerima tawaran ini. 

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah dan tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang pada usia lebih kurang 53 tahun.

Menjelang wafatnya, Pangeran Antasari menderita penyakit paru-paru dan cacar setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.***

Editor: Y. Dody Luber Anton


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah