Genom Manusia Purba dari Spanyol Berusia 23 Tahun, Ini Penjelasan Peneliti

- 5 Maret 2023, 15:44 WIB
Ilustrasi genom manusia purba berusia 23 tahun dari Andulucia, Spanyol
Ilustrasi genom manusia purba berusia 23 tahun dari Andulucia, Spanyol /Brett Sayles/Pexels

Nenek moyang genetik manusia dari Eropa tengah dan selatan yang hidup sebelum maksimum glasial terakhir antara 24 ribu hingga 18 ribu tahun, berbeda dari mereka yang mengkolonisasi kembali Eropa sesudahnya.

Namun, situasi di Eropa Barat hingga saat ini belum jelas karena kurangnya data genomik dari periode waktu kritis. Genom manusia berusia 23 ribu tahun dari Cueva del Malalmuerzo dekat Granada akhirnya menambahkan data penelitian. Studi tersebut menggambarkan hubungan genetik langsung antara individu manusia berusia 35 ribu tahun dari Belgia dan genom baru dari Malalmuerzo.

“Berkat kualitas tinggi data kami, kami dapat mendeteksi jejak salah satu garis keturunan genetik pertama yang menghuni Eurasia 45 ribu tahun lalu. Yang penting, kami menemukan kesamaan dengan individu berusia 35 ribu tahun dari Belgia yang nenek moyangnya sekarang dapat kami telusuri lebih jauh ke individu berusia 23 ribu tahun dari Iberia selatan,” jelas penulis pertama Vanessa Villalba-Mouco dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

Individu manusia dari Cueva del Malalmuerzo tidak hanya terkait dengan periode awal pemukiman tetapi juga dengan manusia pemburu-pengumpul Eropa selatan dan barat yang hidup lama setelah zaman es terakhir.

Baca Juga: NASA dan SpaceX Tunda Peluncuran Kru ke Stasiun Luar Angkasa Internasional karena Masalah Pengapian Roket

Ini juga menegaskan peran penting Semenanjung Iberia sebagai tempat perlindungan bagi populasi manusia selama zaman es terakhir. Dari sana, manusia bermigrasi ke utara dan ke timur setelah lapisan es menyusut.

“Dengan Malalmuerzo, kami berhasil menemukan tempat yang tepat dan periode waktu yang tepat untuk melacak kelompok manusia Paleolitik kembali ke salah satu refugia zaman es yang diusulkan. Sungguh luar biasa untuk menemukan warisan genetik yang bertahan lama di Semenanjung Iberia, terutama karena nenek moyang pra zaman es ini telah lama menghilang di bagian lain Eropa,” tambah penulis senior Wolfgang Haak dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

Menariknya, penulis tidak menemukan hubungan genetik antara Semenanjung Iberia selatan dan Afrika Utara, meskipun jaraknya hanya 13 kilometer melintasi Laut Mediterania, dan kesejajaran dalam catatan arkeologi.

“Di Malalmuerzo, kami tidak menemukan bukti kontribusi genetik dari garis keturunan Afrika Utara, dan sebaliknya, tidak ada bukti kontribusi genetik dari Spanyol selatan dalam genom individu berusia 14 ribu tahun dari gua Taforalt di Maroko,” tambah Gerd-Christian Weniger dari University of Cologne . 

Baca Juga: Kenapa Robot Penjelajah NASA Belum Temukan Jejak Kehidupan di Mars? Ilmuwan Beberkan Alasan Ini

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Scitech Daily


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah