Network
WARTA PONTIANAK – Lagu Buruh Tani, yang diciptakan oleh Safi'i Kemamang pada tahun 1990-an, memiliki makna yang luas dan kompleks.
Secara umum, lagu ini dianggap sebagai lagu perjuangan yang menyuarakan aspirasi dan kegelisahan buruh, petani, mahasiswa, dan rakyat miskin kota dalam memperjuangkan keadilan dan demokrasi.
Berikut ini Warta Pontianak telah merangkum beberapa aspek makna lagu Buruh Tani.
- Kritik terhadap Rezim Orde Baru
Lirik lagu Buruh Tani banyak mengandung kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang dinilai otoriter dan tidak demokratis. Hal ini terlihat dari frase seperti "di bawah kuasa tirani," "berjuta kali turun aksi," dan "darah juang telah tertumpah."
- Persatuan dan Solidaritas
Lagu Buruh Tani menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas antara berbagai kelompok masyarakat yang tertindas. Hal ini terlihat dari lirik seperti "buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota, bersatu padu rebut demokrasi."
- Harapan akan Perubahan
Meskipun banyak berisi kritik, lagu Buruh Tani juga membawa harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dari lirik seperti "hari esok adalah milik kita," "terbentuknya tatanan masyarakat, Indonesia baru tanpa Orba," dan "demi tugas suci yang mulia."
Baca Juga: Tak Ada Demo, Peringatan Hari Buruh di Pontianak Dilakukan Lewat Dialog
- Makna yang Fleksibel
Makna lagu Buruh Tani tidak statis dan dapat disesuaikan dengan konteks zaman dan perjuangan yang dihadapi. Di berbagai aksi demonstrasi, termasuk demo menolak UU Cipta Kerja pada 2020, lagu ini dinyanyikan sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan dan kebijakan yang dinilai merugikan rakyat.
- Makna Simbolik
Lagu Buruh Tani menjadi simbol perjuangan demokrasi dan keadilan di Indonesia. Lagu ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya persatuan dan solidaritas dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. ***
