Gas Air Mata Ditembakan ke Ribuan Pengunjuk Rasa yang Anti Kudeta di Sudan

17 November 2021, 21:25 WIB
Demonstrasi anti-kudeta di Sudan. /Reuters

 

WARTA PONTIANAK - Guna menentang kudeta yang terjadi pada bulan Oktober 2021, ribuan orang melakukan unjuk rasa di ibu kota negara Sudan pada Rabu 17 November 2021 waktu setempat.

Pengunjuk rasa meneriakkan "tidak untuk kekuatan militer" dan menentang tindakan keras yang telah merenggut 24 nyawa.

Beberapa unjuk rasa juga pecah di Khartoum, meskipun saluran telepon terputus dan layanan internet telah terganggu sejak kudeta 25 Oktober 2021 lalu.

Baca Juga: Polisi Selandia Baru Temukan Sejumlah Jasad Korban Bencana Industri 11 Tahun Silam

Saksi mata menyebut, pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke para pengunjuk rasa, dan menyebabkan beberapa orang terluka.

Menjelang protes, pihak berwenang Sudan telah mengumumkan penutupan empat dari 10 jembatan yang menghubungkan ibu kota, Khartoum, dengan kota Bahri dan Omdurman.

Sementara, protes baru datang ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak orang Afrika untuk waspada terhadap meningkatnya ancaman demokrasi saat ia memulai tur tiga negara di benua Afrika.

Baca Juga: Singapura akan Buka Jalur Perbatasan untuk WNI yang Sudah Divaksin pada 29 November 2021

“Kami telah melihat selama dekade terakhir ini apa yang disebut beberapa orang sebagai resesi demokratis,” kata Blinken di Nairobi seperti dikutip dari Aljazeera, Rabu 17 November 2021.

Amerika Serikat telah menangguhkan bantuan sekitar $700 juta atau Rp9,9 triliun ke Sudan sebagai tanggapan atas kudeta, yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar al-Bashir pada 2019 lalu.

Jenderal tertinggi Sudan Abdel Fattah al-Burhan pada 25 Oktober 2021 lalu telah mengumumkan keadaan darurat untuk membubarkan pemerintah dan menahan para pemimpin sipil.

Baca Juga: New Delhi Tutup Sekolah terkait Serangan Kabut Asap Beracun

Pekan lalu, jenderal Sudan menunjuk Dewan Kedaulatan pemerintahan baru untuk menggantikan pemerintah transisi negara yang terdiri dari tokoh-tokoh sipil dan militer yang dibentuk setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir pada 2019.

Petugas medis setempat menyebut, korban tewas dari protes anti kudeta Sudan pada akhir pekan naik menjadi delapan orang. Sehingga, jumlah total mereka yang tewas sejak pengambilalihan militer bulan lalu menjadi setidaknya 23 orang.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Tags

Terkini

Terpopuler