Akibat Kebijakan Lockdown, Harga Mi Instan di Shanghai Capai Rp1 Juta

17 April 2022, 23:43 WIB
Ilustrasi : Mi Instan /pzphone/Pixabay

WARTA PONTIANAK – Seorang warga Shanghai, China, harus menggelontorkan uang hampir Rp1 juta untuk membeli makanan.

Bahkan, seorang warga bermarga Ma mengaku jika dirinya harus membayar 400 Yuan atau setara Rp900 ribu untuk sekotak mi instan dan soda.

"Saya hanya mencoba untuk menyediakan pasokan makanan. Saya tidak yakin berapa lama (lockdown) ini akan berlanjut," kata Ma, dikutip dari Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul “Warga Shanghai Menjerit, Sekardus Mi Instan Dihargai Hampir Rp1 Juta karena Lockdown”, Minggu 17 April 2022.

Tidak hanya Ma, salah seorang warga Shanghai lainnya, Frank Tsai yang terjebak di dalam apartemennya yang berada di Puxi, bagian barat Shanghai telah menimbun persediaan makanan untuk 4 hari, sebagaimana anjuran pemerintah setempat.

Namun tujuh hari kemudian, kebijakan lockdown yang semakin ketat membuatnya harus menghemat porsi makanan.

"Saya kini memikirkan makanan dan jumlah asupan makanan lebih dari yang pernah saya pikirkan sepanjang hidup," tuturnya.

Baca Juga: Meningkatnya Pegawai Terpapar Covid-19, Kantor Kemensos Lockdown Tiga Hari

Tingginya biaya hidup warga Sanghai lantaran, Pemerintah China telah memberlakukan lockdown di Shanghai selama dua minggu.

Pemberlakuan lockdown yang mendadak ini, menyebabkan 25 juta penduduk Shanghai terpaksa tinggal di rumah. Kurangnya akses ke makanan dan obat-obatan memicu kemarahan publik.

Kebijakan lockdown tersebut berkaitan dengan strategi Zero Covid yang diterapkan pemerintah China. Namun belum lama ini, Shanghai dikabarkan akan mulai melonggarkan kebijakan lockdown.

Seperti diketahui, sejak awal pandemi, Shanghai merupakan episenter Covid-19 terbesar di China, sebab  tercatat setidaknya ada 25.000 kasus infeksi per hari.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Omicron, Pemerintah akan Berlakukan Kebijakan Mikro Lockdown

Direktur Kesehatan Komisi Shanghai, Wu Jinglei dalam konferensi pers pada Minggu, 17 April 2022, mengatakan bahwa angka infeksi Covid-19 di kota itu mulai menurun dalam dua hari terakhir.

Hal ini membuat penduduk Shanghai terpaksa melakukan barter makanan dengan satu sama lain. Bahkan tak sedikit yang harus rela merogoh kocek yang tak masuk akal demi makanan.*** (Pikiran-Rakyat.com/Elfrida Chania S)

Editor: Yuniardi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler