Menlu Jerman Desak Uni Eropa Beri Lampu Hijau Terkait Pemenjaraan Navalny

- 22 Februari 2021, 22:02 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Politisi oposisi Rusia, Alexei Navalny.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Politisi oposisi Rusia, Alexei Navalny. /Kolase twitter.com/@KremlinRussia_E dan instagram.com/@navalny/

WARTA PONTIANAK - Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, mendesak Uni Eropa (EU) untuk memberi lampu hijau mengenai penjatuhan sanksi terhadap pejabat-pejabat Rusia terkait pemenjaraan oposisi pemerintah, Alexei Navalny, dan sejumlah aktivis.

Seruan Jerman itu membuka jalan bagi sanksi untuk dijatuhkan pada Maret.

EU, yang beranggotakan 27 negara, menyebut sanksi itu mesti dilihat sebagai pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa debat dan unjuk rasa harus diizinkan di Rusia.
 
“Saya mendukung persiapan sanksi tambahan, juga daftar nama orang secara spesifik," kata Maas ketika tiba di Brussels, Belgia tempat markas besar Uni Eropa berada, dilansir dari Antara, Senin 22 Februari 2021.

Baca Juga: Rusia Tengahi Kesepakatan Pembebasan Gadis Israel yang Menyeberang ke Suriah

Para diplomat memperkirakan EU bulan depan akan menjatuhkan sanksi berupa larangan perjalanan dan pembekuan aset pada sekutu-sekutu Putin, begitu pakar mengumpulkan cukup bukti bahwa penjatuhan sanksi itu akan terhindar dari tuntutan hukum.
 
Para menteri luar negeri anggota-anggota EU telah bertemu dengan kepala staf pihak Navalny, Leonid Volkov, di Brussels pada Minggu (21/2).

Mereka membahas upaya pemberian sanksi terhadap Rusia, yang telah mendapat sanksi ekonomi dari negara Barat setelah mencaplok wilayah Crimea pada 2014.

Baca Juga: 100 Ribu Dosis Vaksin Sputnik Rusia Tiba di Venezuela

Para menlu Uni Eropa juga akan menggelar pertemuan virtual dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Senin.

“Kita tidak dapat menutup mata atas pelanggaran hak asasi manusia yang amat jelas di Rusia,” ujar Menlu Lithuania Gabrielius Landsbergis, usai pertemuan Minggu.

Sementara, Menlu Slovakia Ivan Korcok mendukung pernyataan sejumlah diplomat Uni Eropa, dan menyebut bahwa dirinya “tidak menganggap Uni Eropa bertanggung jawab atas aksi konfrontasi yang dilakukan oleh Rusia.”

Baca Juga: Sisa Badak Berbulu yang Diduga Berusia Lebih dari 12 Ribu Tahun Ditemukan Ilmuwan Rusia di Siberia

Alexei Navalny ditangkap sesaat setelah ia kembali dari Jerman ke Rusia pada Januari dan ditahan per 2 Februari atas pelanggaran pembebasan bersyarat yang ia sebut sebagai tuduhan bermotif politik.

Sementara itu, Moskow membantah telah melakukan tindakan yang salah. Pemerintah Rusia juga menuding EU ikut campur dalam urusan negaranya.

Sebelumnya di Jerman, Navalny mendapat perawatan medis dan pulih dari peracunan dengan zat saraf. Ia menyebut agen keamanan Rusia menaruh racun tersebut di pakaian dalamnya. Tuduhan itu dibantah oleh kantor pemerintah Rusia, Kremlin.

Baca Juga: Tak Hanya Arab Saudi, Rusia Juga akan Gratiskan Vaksin Covid-19 untuk Warganya

Tekanan untuk menjatuhkan sanksi meningkat sejak Rusia membuat geram negara-negara Eropa dengan mengusir diplomat Jerman, Polandia, dan Swedia pada 5 Februari, tanpa memberi kabar kepada kepala kebijakan luar negeri EU yang saat itu sedang mengunjungi Moskow.

Walaupun demikian, Menlu Jerman tetap yakin bahwa EU masih perlu menjaga hubungan diplomatik dengan Rusia.

“Di saat yang sama, kita perlu berbicara mengenai cara menjaga dialog yang konstruktif dengan Rusia, bahkan ketika relasi kita berada di titik yang rendah,” kata Maas.***

 

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x