Network
WARTA PONTIANAK - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Landak melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Landak menggelar rapat persiapan pelaksanaan Forum Group Discussion (FGD) analisis konteks perlindungan anak di tiga desa sampel yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan survey analisis konteks perlindungan anak yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2022, dilaksanakan di Aula Kecil Bappeda Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat.
Dalam rapat tersebut, Staf Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Rakyat Bappeda Landak, Younixco, selaku koordinator rapat menegaskan selama pelatihan di tiga desa sampel yaitu Desa Tubang Raeng, Kecamatan Jelimpo, Desa Kuala Behe, Kecamatan Kuala Behe dan Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila untuk menggali isu dan akar-akar permasalahan pada anak sudah ditentukan tiga isu permasalahan dalam perlindungan anak, yaitu kekerasan terhadap anak, stunting, dan anak putus sekolah.
Baca Juga: Jembatan Landak Ditabrak Kapal Tongkang, Keluarkan Kepulan Asap
“Tadi kita sudah berbincang-bincang dengan dari pihak Wahana Visi Indonesia perihal pelaksanaan FGD, yang nantinya akan kita sepakati kapan, akan dilakukan dalam waktu dekat di tiga desa sampel tersebut," katanya.
Ia berharap semua yang hadir di hari ini adalah orang yang akan mengikuti atau menjadi peserta atau fasilitator dalam pelaksanaan FGD nanti, sehingga nantinya ketika pelaksanaan FGD orang-orangnya tidak berbeda lagi agar tidak terjadi kendala atau pun masalah yang tidak diinginkan, dan nantinya juga akan diadakan pelatihan kembali mengenai cara-cara untuk menggali isu dan akar-akar permasalahan anak di tiga desa tersebut.
Ditempat yang sama, Koordinator Community Engagement and Sponsorship Plan Wanaha Visi Indonesia (CESP WVI) Landak Rista Matondang, menyampaikan tujuan dari pelaksanaan FGD ini adalah untuk menggali isu anak yang benar-benar dari sudut pandang anak.
Baca Juga: Curi Tiang Lampu Taman Jembatan Landak, 4 Pelaku Sindikat Pencurian Diamankan Polisi
“Penggalian isu ini nantinya akan kita lakukan bersama anak-anak, dan juga orang dewasa yang nantinya terdapat 64 orang yang terbagi dalam delapan kelompok yaitu dua kelompok anak laki-laki, dua kelompok anak perempuan, dua kelompok orang dewasa laki-laki dan dua kelompok dewasa perempuan. Di lingkungan kita masing-masing sebenarnya sudah dilakukan penggalian isu namun kita mau lebih menajamkan lagi bahwa isu-isu tersebut benar-benar berasal dari komunitas, dari anak-anak maupun dari masyarakat setempat yang melihat dan mengalami sendiri isu-isu tersebut yang nantinya di tahap selanjutnya kita analisa dan kemudian kita bisa menentukan apa yang bisa kita lakukan bersama untuk paling tidak mengatasi beberapa isu yang bisa kita lakukan dalam bidang kita masing-masing,” tutur Rista.
