Penelitian Satwa 'Anjing Bernyanyi' di Dataran Tinggu Papua Terus Dilakukan

28 November 2020, 06:15 WIB
Satwa 'anjing bernyanyi' yang hidup di kawasan dataran tinggi Papua. /Foto: Antara / PTFI/

WARTA PONTIANAK – General Superintendent of Highland Reclamation and Monitoring PT Freeport Indonesia (PTFI), Pratita Puradyatmika mengatakan, penelitian fase kedua terhadap satwa 'anjing bernyanyi' yang hidup di kawasan dataran tinggi Papua sejak 2018, telah dirampungkan.

Penelitian tersebut dilakukan hasil kerjasama PTFI dengan Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura dan New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF).

Menurut Pratita Puradyatmika, penelitian pertama spesies 'anjing bernyanyi' dimulai sejak 2016 yang dilakukan Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari bersama NGHWDF.

Baca Juga: Polisi Kembali Gagalkan Penyelundupan Satwa Dilindungi

Dilanjutkan dengan penelitian fase kedua selama satu bulan, tepatnya pada Agustus 2018 di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika.

Pada 1 September 2020, hasil penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal internasional Amerika Serikat, yaitu Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS).

Seperti diberitakan SeputarTangsel.com dalam artikel berjudul “Anjing Bernyanyi, Satwa Dataran Tinggi Papua Terus Diteliti”, penelitian fase kedua dilakukan untuk menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua.

Baca Juga: Anjing Menggonggong, Pemiliknya Tewas Ditikam Tiga Pria

Tim peneliti selama dua pekan memantau dengan perangkap berkamera atau camera trap. Mereka berhasil merekam 18 ekor 'anjing bernyanyi'.

Di samping itu, juga dilakukan pengumpulan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari satwa itu.

“Hasil penelitian menemukan bahwa 'anjing bernyanyi' memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dingo yang berhabitat di Australia,” tuturnya.

Baca Juga: Haru, Seekor Kucing Berhasil Diselamatkan Seekor Anjing Pelacak di Turki

Pratita Puradyatmika mengatakan, spesies 'anjing bernyanyi' dapat ditemukan di hampir seluruh area tambang Grasberg PTFI.

Tak ayal, sejumlah karyawan yang bekerja di area Grasberg juga kerap menyaksikan keberadaan kawanan anjing ini dari jarak dekat.

Hal lain yang juga membedakan anjing ini dengan anjing lainnya adalah caranya berkomunikasi.

Baca Juga: Microsoft Ungkap Kelompok Peretas Rusia dan Korut dengan Target Organisasi Penelitian Covid-19

“Bukan dengan menggonggong melainkan hanya melolong,” ungkapnya.

Lolongan unik yang menyentuh melodi rendah hingga tinggi inilah, yang membuat masyarakat setempat menyebut hewan ini dengan nama 'anjing bernyanyi'.

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan banyak hal. Termasuk untuk mempertimbangkan secara ilmiah, status perlindungannya mengingat hewan ini perlu dijaga kelestariannya dan belum masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Temukan Perbuatan Pidana di Kerumunan Petamburan

Rektor Uncen Apolo Safanpo mengemukakan, Uncen masih akan melanjutkan penelitian fase ketiga pada Mei 2021.

"Mengingat masih ada banyak hal yang perlu kami dalami, seperti taksonomi, perkembangbiakan, kehidupan sosial, perannya dalam rantai makanan, dan hal lain yang bisa menjadi dasar ilmiah bagi penentuan status perlindungan anjing bernyanyi,” jelasnya.

Situs penelitian berada di kawasan bekas tambang terbuka Grasberg milik PTFI di ketinggian 3.800 hingga 4.300 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Malaysia dan Singapura Bangun Kereta Cepat

Jauhnya lokasi dan berbagai keadaan geografis di lokasi penelitian menjadi salah satu kendala yang dihadapi tim peneliti saat merampungkan penelitian ini. (Ignatius Dwiana/SeputarTangsel.com)

Editor: Yuniardi

Sumber: Seputar Tangsel

Tags

Terkini

Terpopuler