Pengertian, Niat dan Tata Cara Puasa Arafah dan Tarwiyah di Bulan Dzulhijjah Jelang Hari Raya Idul Adha 2022

28 Juni 2022, 20:52 WIB
Niat Puasa Arafah dan Keutamaan Menjalankannya / /Konevi / pixabay/

WARTA PONTIANAK – Salah satu bukti keberkahan dari bulan Dzulhijjah adalah adanya puasa Arafah dan Tarwiyah. Dimana umat Islam akan melaksanakan puasa di tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah.

Apalagi, bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang memiliki banyak keberkahan bagi umat Islam.

Meskipun tidak dihukumi wajib, banyaknya keutamaan untuk melakukan puasa di bulan Dzulhijjah membuat umat Islam tidak mau ketinggalan untuk melaksanakannya.

Guna mengetahui secara lengkap mengenai puasa ini, berikut ulasan lengkap yang bisa dijadikan sumber informasi.

Puasa Arafah adalah puasa sunnah muakkadah yang pahalanya sangat luar biasa.

Tentunya bagaimana niat dan tata cara, serta apa saja keutamaan dan kapan waktu pelaksanaannya untuk tahun 2022 ini?

Dikutip dari bersamadakwah.net, pengertian dan hukum, tata cara, niat puasa arafah, waktu dan keutamaannya.

Pengertian Puasa Arafah dan Hukumnya

Puasa Arafah adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Dzulhijjah, yakni bertepatan ketika jamaah haji wukuf di arafah. Alhamdulillah di tahun 2021 ini tetap ada haji meskipun jamaahnya terbatas hanya untuk yang bermukim di Arab Saudi.

“Di antara puasa yang dianjurkan adalah puasa hari Arafah, yaitu berpuasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah,” kata Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fiqih Empat Madzhab. “Namun puasa ini hanya khusus dilakukan oleh selain jamaah haji saja, sedangkan untuk para jamaah haji maka para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya.”

Baca Juga: Jalankan Puasa Hari Ini, Warga Kawasan Pantai Barat Aceh Rayakan Idul Fitri 1443 Hijriyah Besok

Puasa ini hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) bagi kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji. Sedangkan bagi kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah.

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ

Dari Ikrimah, ia mengatakan: “aku masuk ke rumah Abu Hurairah lalu bertanya tentang puasa hari Arafah bagi (jamaah haji yang sedang) di Arafah.” Lalu Abu Hurairah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang puasa hari Arafah di Arafah” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

“Para ulama memandang sunnah berpuasa pada hari arafah kecuali apabila berada di Arafah,” kata Imam Tirmidzi sebagaimana dikutip Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah ketika menjelaskan hadits tersebut.

Dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu, Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili, menjelaskan mengenai hukum puasa ini.

Baca Juga: Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Saat Berbuka Puasa di Perjalanan

“Bagi orang yang sedang menunaikan haji, tidak disunnahkan berpuasa hari Arafah. Bahkan disunnahkan untuk tidak berpuasa meskipun ia kuat agar tersedia kekuatan untuk berdoa dan juga mengikuti sunnah. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, orang yang sedang berhaji boleh berpuasa hari arafah jika ia kuat.”

Selain puasa ini, dikenal pula puasa tarwiyah, yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Hukumnya sunnah ghairu muakkadah bagi kaum muslimin yang tidak sedang berhaji, namun menjadi makruh bagi kaum muslimin yang sedang berwukuf di siang hari.

Tata Cara Puasa Arafah

Berikut tata cara puasa Arafah sama dengan tata cara puasa pada umumnya. Yakni:

  1. Niat

Niat puasa arafah sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

Hal ini berdasarkan hadits bahwa Rasulullah pernah puasa sunnah dengan niat di waktu pagi seperti pada hadits berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ. فَقُلْنَا لاَ. قَالَ فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ. ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا . فَأَكَلَ

Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun bersabda, “Kalau begitu saya puasa.” Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantap makanan tersebut. (HR. Muslim).

  1. Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dikerjakan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

  1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan

Yakni menahan diri dari makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Baca Juga: Jamaah Haji Puji Layanan Terbaik di Perbatasan Halat Ammar Arab Saudi

  1. Berbuka

Sebagaimana puasa pada umumnya baik puasa wajib maupun puasa sunnah. Buka puasa ini waktunya ketika matahari terbenam, yakni saat masuknya waktu sholat Maghrib. Menyegerakan puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

Niat Puasa Arafah

Di dalam hadits, tidak dijumpai bagaimana lafadz niat puasa arafah. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafadzkan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama selain mazhab Maliki dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berikut lafadz niat puasa Arafah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

(Nawaitu shouma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aalaa)

Artinya: saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala

Baca Juga: Innalilahi.. Total Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Mekah Menjadi 7 Orang

Puasa Arafah Jatuh pada Tanggal Berapa

Waktu puasa Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah yaitu bertepatan dengan waktu wukuf jamaah haji. Untuk tahun 2021, puasa arafah di Indonesia dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Juli 2021. Sebagaimana ketetapan Kemenag yang pada sidang itsbat telah memutuskan Idul Adha jatuh pada hari Selasa tanggal 20 Juli 2021.

Bagaimana jika penanggalan pemerintah suatu negeri berbeda dengan Arab Saudi sehingga saat jamaah haji wukuf di Arafah, tanggal di negeri itu bukan 9 Dzulhijjah, puasanya ikut yang mana? Apakah ikut jamaah haji wukuf atau ikut tanggal 9 Dzulhijjah pemerintah?

Dalam hal ini ada dua pendapat ulama. Pertama, mengikuti waktu wukuf di arafah. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Komite Fatwa Arab Saudi (Lajnah Daimah).

“Hari arafah adalah hari ketika kaum muslimin melakukan wukuf di Arafah. Puasa hari arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan haji. Karena itu, jika anda ingin puasa hari arafah, maka anda bisa melakukan puasa di hari itu (hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah.”

Kedua, sesuai tanggal 9 Dzulhijjah di negeri masing-masing. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Syaikh Utsaimin. Ia memfatwakan:

“Ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, jangan puasa.’”

Baca Juga: Ini Pesan Gubernur Sutarmidji Kepada Calon Jemaah Haji yang Diberangkatkan ke Mekkah  

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa. Sungguh rugi jika kita meninggalkannya. Berikut ini tujuh hadits shahih yang menjelaskan keutamaan puasa Arafah.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda: “Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.” (HR. Muslim)

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّى أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, sesungguhnya aku berharap kepada Allah, Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ بَعْدَهُ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya.” (HR. Ibnu Majah; shahih)

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُ سَنَتَيْنِ مُتَتابِعَتَيْنِ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka dosanya diampuni selama dua tahun berurut-turut.” (HR. Abu Ya’la; shahih)

Baca Juga: Sebanyak 1.150 Calon Jamaah Haji Kalbar akan Diberangkatkan, Berikut Rinciannya

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ

“Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni tahun depannya dan tahun belakangnya.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; shahih lighairihi)

سَأَلَ رَجُلٌ عَبْدَ اللَّهِ بن عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ؟ فَقَالَ : كُنَّا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعْدِلُهُ بِصَوْمِ سَنَتَيْنِ

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang puasa hari Arafah, dia menjawab, “Kami dulu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa dua tahun.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; hasan lighairihi)

Demikian pembahasan Puasa Arafah mulai dari pengertian dan hukum, niat, keutamaan hingga waktu pelaksanaan untuk tahun 2021. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. ***

Editor: Yuniardi

Tags

Terkini

Terpopuler