Di Negara Islam Oman misalnya, El-Mesaharaty sampaik sekarang masih beraksi dengan menabuh genderang membangunkan orang bersahur. Di Kuwait, Abu Tablyah, menjadi El-Mesaharaty pertama memilih jalan melantunkan doa, kemudian diulangi anak-anak saat berjalan keliling.
El-Mesaharaty pertama di Yaman dikabarkan mempergunakan tongkat guna memukul pintu orang. Di Sudan, El-Mesaharaty ditemani seorang anak dan akan berjalan keliling sambil memanggil nama setiap orang pada setiap rumah yang dilewati.
Di negara muslim semacam Suriah, Lebanon, dan Palestina pola bersiul menjadi pilihan El- Mesaharaty. Di Indonesia, khususnya di Sungai Raya, peranan El-Mesaharaty diwujudkan dalam berbagai bentuk. Umumnya membunyikan perkakas bekas rumah tangga. Ada juga sebagian warga memilih menggunakan alat musik tradisional seperti gendang, rebana, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Coba Lima Makanan Ini Saat Sahur, Insya Allah Anda Kuat Menahan Lapar saat Berpuasa
Tidak hanya mengandalkan bunyi instrumen, harmoni nada dihasilkan terkadang begitu menggoda mulut untuk ikut berdendang.
Ada juga dari rumah ibadah dalam gang, komplek, jalan dan desa memakai speaker atau TOA rumah ibadah. "Intinya pada Ramadan 2023 ini, bakalan kami pakai kembali El Mesaharaty, pasukan anak-anak untuk membangunkan orang sahur," tutup Mahmud. (Hamdani) ***