Bantu Kesepakatan Arab Saudi dan Iran, Dominasi China di Timur Tengah Meningkat, Bagaimana Nasib AS?

- 16 Maret 2023, 15:31 WIB
Dominasi China di Timur Tengah meningkat usai bantu kesepatakan  berserjarah Arab Saudi dan Iran. Bagaimana Nasib AS?
Dominasi China di Timur Tengah meningkat usai bantu kesepatakan berserjarah Arab Saudi dan Iran. Bagaimana Nasib AS? /Foto: China Daily via REUTERS/

Baca Juga: Lawan Rusia, Jerman Berupaya Gandeng India untuk Dijadikan Sekutu Negara Barat

China sebenarnya telah lama mengembangkan hubungan ekonomi dan politik yang kuat dengan Riyadh dan Teheran. Arab Saudi adalah pemasok minyak terbesar bagi China, dengan perdagangan antara kedua negara mencapai USD 87 miliar atau setara Rp1.000 triliun pada tahun 2021. Perdagangan antara Iran dan China mencapai lebih dari USD 16 miliar atau setara Rp246 triliun pada tahun yang sama. 30 persen perdagangan luar negeri Iran bergantung pada China, yang telah berjanji melakukan investasi senilai USD 400 miliar atau setara Rp6 ribu triliun di Iran selama 25 tahun.

Presiden China Xi Jinping telah melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada bulan Desember untuk kunjungan kenegaraan, dan Presiden Iran Ebrahim Raisi mengunjungi Beijing pada Februari 2023 lalu. Pakar China di National University of Singapore (NUS) Ian Chong mengatakan, dengan memfasilitasi kesepakatan ini, Beijing memberi isyarat bahwa ia sekarang bukan hanya pelaku ekonomi terkemuka, melainkan juga bersedia terlibat dalam politik di kawasan Timur Tengah.

Tuvia Gering, pakar hubungan China-Timur Tengah di Institute for National Security Studies (INSS) di Israel mengatakan, Beijing berharap dapat mengukir peran yang lebih besar untuk dirinya sendiri karena kawasan itu telah menjadi penting secara strategis.

"Ini bukan hanya untuk keamanan energi, tetapi pada keseluruhan area yang lebih luas lagi,” kata Tuvia Gering kepada DW, merujuk pada investasi China dalam infrastruktur regional sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) bernilai miliaran dolar AS.

Kesepakatan Arab Saudi-Iran datang pada saat banyak negara di kawasan itu menganggap AS mengurangi keterlibatannya di sana.

"Ini tidak berarti Beijing bisa menggantikan Washington di Timur Tengah," kata Tuvia Gering.

Baca Juga: Krisis Pangan di Korea Utara Memburuk, Kim Jong Un Minta Jajarannya Lakukan Transformasi Produksi Pertanian

AS menyambut baik upaya China untuk membantu mengakhiri perang di Yaman dan mengurangi ketegangan di Timur Tengah, tetapi menolak anggapan bahwa mereka mundur dari wilayah tersebut. AS juga menekankan bahwa perjanjian itu dirintis selama dua tahun.

"Ini bukan tentang China. Kami mendukung setiap upaya untuk mengurangi ketegangan di kawasan," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby.

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: DW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x