John Calabrese, direktur Proyek Timur Tengah-Asia di Middle East Institute mengatakan peran Beijing dalam menengahi kesepakatan itu tidak secara mendasar mengubah posisi Washington. Dalam pandangannya, tujuan utama Beijing di kawasan adalah mempertahankan kepentingan ekonominya dan memperluas pemerataan ekonominya.
"Ini membutuhkan stabilitas regional sejauh AS masih siap melakukannya,” katanya, seraya menambahkan bahwa de-eskalasi antara Teheran dan Riyadh adalah untuk kepentingan Timur Tengah, China dan AS.
Camille Lons dari IISS menjelaskan, perjanjian tersebut menunjukan bahwa negara-negara Teluk seperti Arab Saudi bersedia untuk mendiversifikasi keamanan dan kemitraan strategis mereka, sehingga mereka tidak bergantung sepenuhnya pada AS.
Dia menggambarkan pendekatan negara-negara ini sebagai langkah pragmatis, dan memperingatkan agar tidak melebih-lebihkan pentingnya Beijing bagi kawasan itu.
"Dalam hal jaminan keamanan, mereka sepenuhnya sadar bahwa AS tetap menjadi mitra utama mereka," ujarnya.***