[OPINI] Gerakan Sosial ‘Baru’: Restorasi Gambut

- 3 Januari 2021, 17:33 WIB
Dinamisator BRG Kalbar Hermawansyah (kaos putih les merah) saat berbincang dengan petani di Demplot Lahan Tanpa Bakar Desa Trimandayan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalbar
Dinamisator BRG Kalbar Hermawansyah (kaos putih les merah) saat berbincang dengan petani di Demplot Lahan Tanpa Bakar Desa Trimandayan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalbar /instagram @hermawansyah_wawan/BRG

Gerakan Itu Adalah Desa Peduli Gambut

Menyitir Rhenald Kasali dalam pengantar bukunya bertajuk Tomorrow is Today, yang mengatakan bahwa kita hidup pada era baru – disebut dengan disruption era, yang   mengharuskan   kita   tidak   hanya   berhenti   pada   sustaining  innovation, melainkan  melakukan  disruptive  innovation.  Inovasi  ini  tidak  hanya  mengubah bentuk, ukuran, dan desain. Namun inovasi menyeluruh yang mengubah metode, cara kerja, bahkan produk yang tidak lagi relevan (Kasali, 2018).

Demikian halnya dengan Desa Peduli Gambut (DPG) yang diluncurkan oleh Kedeputian Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut RI di tujuh provinsi target restorasi gambut. DPG – yang dirancang sebagai kerangka penyelaras program dan kegiatan di desa-desa gambut serta menjadi alat ukur bersama untuk menetapkan kontribusi program pada capaian kemajuan desa – merupakan cara BRG melakukan adaptasi terhadap disrupsi yang menghendaki pendekatan multi-teori dan dimensi.

Konvergensi berbagai paradigma dan teori sosial yang dipaparkan di atas diharapkan menghasilkan tesis baru yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya, sebagaimana upaya BRG menerapkan strategi restorasi gambut dengan rewetting, revegetasi, dan revitalisasi berbasis komunitas desa di tingkat tapak.

Kunjungan singkat Deputi III BRG-RI Myrna Safitri ke Desa Permata dan Sungai Radak Dua, Kubu Raya.
Kunjungan singkat Deputi III BRG-RI Myrna Safitri ke Desa Permata dan Sungai Radak Dua, Kubu Raya. BRG

Melalui BRG, pemerintah menyiapkan instrumen legal bagi masyarakat di tingkat tapak untuk berkontribusi terhadap pelestarian ekosistem gambut di Indonesia. Ditunjang dengan pendekatan pembangunan desa berbasis lansekap ekosistem gambut, BRG berupaya menjahit dan merekatkan kerjasama desa-desa yang berada dalam Kawasan Perdesaan Gambut.

Program  restorasi  gambut  melalui  DPG  merupakan  konvergensi  paradigma humanis radikal & struktural fungsional; berpijak pada kesadaran subjektivisme masyarakat desa dan objektivisme rekayasa sosial untuk mewujudkan harmoni dan equality. Tujuh kegiatan utama DPG bisa menjadi indikator implementasi tesis baru ini, yakni 1), Pendampingan Desa dan Komunitas; 2) Pemetaan sosial, ekonomi dan spasial; 3) Integrasi restorasi gambut dalam dokumen perencanaan desa (RPJMDes, RKPDes, APBDes); 4) Penguatan institusi dan regulasi lokal (Perdes, Perkades, SK Kades,  Pokmas,  MPA,  Poktan);  5)  Pemberdayaan  ekonomi  (pelatihan,  bantuan ekonomi produktif, penguatan BUMDes, produk unggulan); 6) Penguatan inovasi lokal dan teknologi tepat guna (sekolah lapang petani gambut, seniman pangan, dan kerajinan); dan 7) Resolusi konflik dan pemantauan restorasi gambut.

Imagined communities, kembali mengutip Anderson, menggambarkan keterlibatan setiap elemen dalam masyarakat – mulai dari pemerintah pusat hingga desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta komunitas desa bersama para fasilitator – dalam menjaga kelestarian ekosistem gambut.

Dengan demikian, Desa Peduli Gambut adalah sebuah ‘rumah perubahan’ yang didalamnya berinteraksi berbagai elemen masyarakat. Aparatur pemerintah desa, petani gambut, kelompok perempuan, penyuluh agama, guru sekolah, pemuda dan pelajar, berkolaborasi dan bersinergi dalam gerakan sosial baru melalui kemasan program DPG.

Kegiatan DPG menghasilkan beberapa capaian, diantaranya profil desa yang disahkan dan menjadi dokumen resmi pemerintah desa. Profil desa selain berisi informasi sosial-ekonomi, juga termasuk peta administrasi, tata guna dan penguasaan lahan. Dokumen ini dapat membantu pemerintah desa sebagai rujukan data untuk menyusun perencanaan desa.

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah