Model Kosmik Baru ungkap Apa yang Ada dalam Lubang Hitam Bertabrakan

- 5 Maret 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi lubang hitam yang bertabrakan
Ilustrasi lubang hitam yang bertabrakan /Pixabay/

WARTA PONTIANAK - Sebuah makalah penelitian menggunakan metode baru telah ditemukan ilmuwan untuk menganalisis gelombang yang dipancarkan lubang hitam saat bertabrakan. Model kosmik baru ini dapat mengungkap apa yang ada di dalam lubang hitam yang bertabrakan.

Sebelumnya, pada tahun 2015 silam, para ilmuwan untuk pertama kalinya mendeteksi gelombang gravitasi , riak dalam ruang-waktu yang terjadi ketika peristiwa kosmik besar, seperti tabrakan dan penggabungan dua lubang hitam mengganggu kosmos. 

Pengamatan terhadap gelombang-gelombang ini membenarkan teori relativitas umum Einstein, yang meramalkan gelombang-gelombang semacam itu akan terjadi jika ruang waktu bekerja seperti yang diyakininya. Dalam tujuh tahun sejak itu, hampir 100 lubang hitam yang menyatu telah terdeteksi dengan mengamati gelombang gravitasi yang dipancarkan oleh peristiwa luar angkasa ini.

Baca Juga: Genom Manusia Purba dari Spanyol Berusia 23 Tahun, Ini Penjelasan Peneliti

Sekarang, berkat penelitian baru, kemampuan untuk memodelkan peristiwa kosmik ini menjadi lebih canggih. Tim yang terdiri dari 14 peneliti dipimpin oleh mahasiswa PhD Caltech dan alumni Columbia College Keefe Mitman (CC'19), postdoc Columbia Macarena Lagos, Profesor Columbia Lam Hui, dan profesor Universitas Mississippi Leo Stein telah menemukan model perbaikan yang mereka kembangkan dengan membuka jalan bagi pemahaman yang lebih dalam tentang struktur penggabungan lubang hitam .

Dalam Nonlinearities in Black Hole Ringdowns, sebuah makalah baru yang diterbitkan dalam Physical Review Letters , tim menguraikan cara yang lebih kompleks untuk memodelkan sinyal yang dipancarkan gelombang gravitasi dengan memasukkan interaksi nonlinier dalam model. Metode pemodelan ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami struktur apa yang terjadi di dalam lubang hitam, dan juga akan membantu menguji apakah teori relativitas umum Einstein dengan tepat menggambarkan perilaku gravitasi di lingkungan astrofisika yang ekstrim.

"Ini adalah langkah besar dalam mempersiapkan kita untuk fase deteksi gelombang gravitasi berikutnya, yang  akan memperdalam pemahaman kita tentang gravitasi dan fenomena luar biasa yang terjadi di jangkauan jauh kosmos," jelas Lagos, rekan penulis di makalah tersebut.

Penelitian datang pada waktu yang tepat yakni Maret 2023 ini, observatorium yang pertama kali mendeteksi gelombang gravitasi, akan diaktifkan untuk mengumpulkan pengamatan baru dari peristiwa yang terjadi di ruang angkasa yang jauh. Observatorium tersebut tidak beroperasi sejak tahun 2020, ketika ditutup karena pandemi. Beberapa detektor utama lainnya diharapkan mulai mengumpulkan data di tahun-tahun mendatang, membuatnya semakin penting bahwa mereka memiliki model canggih untuk menginterpretasikan informasi yang masuk.

Baca Juga: Kanada Susul AS, Komisi Eropa dan Taiwan Larang Penggunaan Aplikasi TikTok

Halaman:

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Scitech Daily


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x