Ternyata 65,98 Persen Masyarakat Indonesia Kurang Investasi, Lalu Bagaimana Memulainya?

- 11 Februari 2021, 19:11 WIB
Ilustrasi orang Indonesia kurang investasi
Ilustrasi orang Indonesia kurang investasi /Lifepal/Shutterstock

WARTA PONTIANAK - Investasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk merealisasikan tujuan finansial jangka pendek, menengah, atau panjang.

Berdasarkan data yang dihimpun program konsultasi keuangan Lifepal, 65,98 persen masyarakat Indonesia dinyatakan tidak memiliki aset investasi dalam jumlah yang semestinya.

Pada awal Januari 2021, Lifepal telah menggelar program konsultasi keuangan dengan Certified Financial Planner (CFP). Dari 500 orang partisipan dalam sesi tersebut, hanya 34,02 persen yang memiliki aset investasi dalam jumlah ideal.

Baca Juga: Berikut 6 Fakta Pembunuhan di Pontianak, dari Perampokan hingga Perceraian

 

Kecakapan seseorang dalam menggandakan kekayaan di masa depan dinilai dari rasio aset investasi berbanding kekayaan bersih. Sangat disarankan agar seseorang memiliki nilai rasio di atas 50 persen dan terus tumbuh seiring dengan bertambahnya usia.

Nilai rasio di bawah 50 persen menandakan bahwa jumlah aset investasi yang kita miliki berada di bawah kekayaan bersih. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan kondisi seseorang yang kurang berinvestasi.

Lantas, apa yang harus dilakukan jika nilai rasio kita di bawah 50? 

Lifepal berbagi beberapa hal yang bisa dilakukan sebelum berinvestasi. 

Baca Juga: Kemendikbud Tawarkan Upah Rp700ribu dan Potongan UKT bagi Mahasiswa untuk Ikut Kampus Mengajar

1. Pahami dulu alasan Anda harus berinvestasi

Investasi bisa diartikan sebagai sebuah kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu, dengan harapan mendapat penghasilan atau peningkatan nilai investasi.

Dengan adanya peningkatan nilai aset yang dulu kita beli, maka kita pun bisa menjual aset itu di kemudian hari dan menggunakan dananya untuk menjadi sarana dalam merealisasikan tujuan finansial kita.

Tujuan finansial setiap orang berbeda-beda, beberapa di antaranya adalah membeli kendaraan, hunian baru, mempersiapkan lonjakan biaya hidup karena kelahiran anak, membiayai pendidikan anak, atau mengumpulkan dana pensiun.

Oleh karena itu, sebelum Anda mencari tahu produk investasi apa yang sesuai dengan profil risiko, cetuskanlah terlebih dulu apa yang menjadi tujuan Anda baik di jangka pendek, menengah, atau panjang.

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Beberkan Alasan BLT BPJS Ketenagakerjaan 2021 akan Dilanjutkan

2. Investasi dilakukan saat Anda sudah “aman” secara finansial

Merealisasikan tujuan finansial tanpa memiliki keamanan finansial adalah tindakan yang berbahaya. Keamanan yang dimaksud adalah sudah memiliki dana darurat dalam jumlah ideal, terlindungi oleh asuransi, dan apabila memiliki utang, jumlahnya tergolong wajar.

Seperti diketahui, segala risiko yang muncul harus bisa dimitigasi dengan baik agar keuangan tetap sehat.

Keamanan finansial saat inilah yang seharusnya menjadi prioritas utama Anda sebelum Anda memusatkan perhatian ke masa depan. Karena tanpa keamanan finansial yang baik, besar kemungkinan kita akan mengeluarkan dana dalam jumlah besar atau bahkan kehilangan aset saat kita menghadapi risiko-risiko dalam hidup.

Adapun risiko yang berpotensi kita alami di masa yang akan datang adalah, kehilangan penghasilan karena PHK, kecelakaan, sakit kritis, dan lainnya. 

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Wajib Tahu, 5 Kegunaan Microwave Selain Memanaskan Makanan

3. Kenali profil risiko Anda sebelum berinvestasi

Kita mungkin sering terinspirasi dari kisah seseorang yang sukses berinvestasi saham dan mencetak keuntungan hingga ribuan persen. Namun jangan salah, tidak semua orang cocok berinvestasi dengan membeli saham.

Risiko dan imbal hasil berbanding lurus, tidak ada investasi dengan risiko rendah yang bisa menghasilkan imbal hasil besar.

Sebelum Anda memilih aset investasi apa yang hendak dibeli, maka kenalilah profil risiko Anda dengan baik. Setiap aset atau instrumen investasi memiliki risiko yang beragam.

Anggap saja, bagi investor konservatif (menghindari risiko) akan lebih cocok pada instrumen dengan volatilitas nilai rendah risiko seperti reksa dana pasar uang, emas, atau instrumen pendapatan tetap seperti deposito perbankan dan surat utang negara.

Baca Juga: Workshop e-Verval Dan Sosialisasi Kartu Tani, Karolin: Banyak Pupuk Subsidi Diselewengkan, Saya Bukan Tak Tahu

Investor moderat memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi dari konservatif namun lebih rendah dari investor agresif. Mereka pun siap untuk memiliki aset dengan volatilitas tinggi seperti saham, namun dengan porsi yang lebih rendah atau setara dengan jumlah instrumen lain yang risikonya lebih moderat.

Sementara itu investor agresif tidak ragu untuk membeli saham, reksa dana saham, reksa dana campuran, atau instrumen derivatif. Mereka bisa mentolerir kerugian yang harus dialami demi mendapat keuntungan yang lebih besar. Sebagian dari mereka bahkan berani untuk berspekulasi saat membeli aset.

Mengikuti saran orang lain atau ikut-ikutan membeli sebuah instrumen investasi adalah hal yang sangat berbahaya. Kenalilah diri Anda dengan baik, seperti apa profil risiko Anda dan kenali pulalah masing-masing risiko dari kepemilikan aset investasi. Hindari berinvestasi di instrumen yang tidak kita pahami.

Baca Juga: Video Curhatan Pelaku Pembantaian 1 Keluarga di Pontianak Viral di Media Sosial

4. Perhatikan horizon investasi Anda

Horizon investasi dapat diartikan panjang waktu dimana investor menyimpan aset investasinya. Semakin panjang horizon investasi, maka makin fleksibel pula instrumen yang bisa Anda pilih, Anda bisa memilih instrumen dengan tingkat risiko rendah, tinggi, moderat, maupun yang tidak terlalu likuid seperti properti.

Namun saat seseorang memiliki horizon investasi yang pendek yaitu satu atau tiga tahun, maka sebaiknya dia menempatkan dananya di instrumen dengan volatilitas rendah. Hal itu ditujukan agar, nilai investasi yang diharapkan dalam jangka pendek tidak akan berkurang karena volatilitas pasar.

Baca Juga: 4 Kecamatan di Kapuas Hulu Heboh Dengan Suara Dentuman Misterius

5. Jangan mudah terbuai dengan tawaran investasi

Penipuan di dunia investasi bukanlah hal baru. Sebelum berinvestasi, cobalah mengenali perusahaan yang menawarkan investasi tersebut dengan seksama.

Sebuah lembaga keuangan haruslah memiliki badan hukum resmi dari pemerintah dan mempunyai legalitas untuk membangun usaha di Indonesia sekaligus memberikan pelayanan mengenai keuangan dan investasi.

Bila Anda ditawari produk, hubungi saja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di 157 atau 081157157157 untuk mengetahui legalitas dari perusahaan tersebut.

Baca Juga: Simak Bantuan Rp3,55 Juta Pengganti BLT BPJS Ketenagakerjaan dari Kemnaker di Sini

Itulah hal-hal yang mesti Anda ketahui seputar investasi. Selalu ingat bahwa, jumlah minimal aset investasi yang ideal adalah 50 persen dari kekayaan bersih.

Bila jumlah aset investasi Anda belum ideal, jangan terburu-buru untuk berinvestasi. Penuhilah apa yang menjadi prioritas dalam kesehatan keuangan Anda terlebih dulu, dan pilihlah instrumen yang sesuai dengan tujuan serta profil risiko Anda.***

Editor: Y. Dody Luber Anton

Sumber: Siaran Pers Lifepal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x