Devisa Sawit Capai Rp240 T, Tungkot: Di mana Ada Sawit, di situ Kemiskinan Turun

- 1 April 2021, 17:35 WIB
Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan Kelapa Sawit /Facebook/Jefri Gunaw/

WARTA PONTIANAK – Asia Tenggara merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Dikutip Warta Pontianak dari Investor.id, Indonesia memiliki perkebunan sawit yang luasnya lebih dari 9 juta hektare dan Malaysia memiliki perkebunan sawit seluas 6 juta hektare.

 

Namun, meskipun Malaysia memiliki perkebunan sawit yang lebih kecil dari Indonesia, produksi sawit Malaysia mampu mencapai 36 juta ton per tahun.

 

Sedangkan Indonesia, dengan luas perkebunan kelapa sawit 9 juta hektare mampu menghasilkan 40 juta ton per tahun.

 

Peranan kelapa sawit di dunia sangat penting saat ini, divmana minyak nabati yang berasal dari Eropa seperti minyak dari bunga matahari mengalami penurunan produksi.

 

Baca Juga: Perubahan Perilaku Konsumen di Masa Pandemi Sebabkan Harga Sawit Melonjak

 

Hal tersebut membuat minyak kelapa sawit yang berasal dari Asia akan sangat dibutuhkan setiap negara di dunia untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan lainnya.

 

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mengakui, peranan kelapa sawit untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

 

Selain itu, kelapa sawit menunjukkan kontribusinya bagi pemenuhan pangan di dalam negeri bahkan dunia.

 

Berdasarkan riset Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), perkebunan kelapa sawit mampu membangun daerah miskin dan terbelakang untuk menjadi sentra perekonomian baru.

 

Dikutip Warta Pontianak dari Infosawit, sentra ekonomi baru ini tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Papua dan Papua Barat.

 

“Kelapa sawit membantu dunia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang mengatasi persoalan kemiskinan,” ujar Dr.Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI).

 

Baca Juga: Harga TBS Sawit Riau Periode 25-30 Maret 2021 Naik Menjadi Rp2.388,03 Per Kilogram

 

Hal ini diungkapkannya dalam Diskusi Webinar Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) yang bertemakan "Peranan Kelapa Sawit Dalam Pengentasan Kemiskinan Dan Mewujudkan Gratieks”, Rabu 31 Maret 2021.

 

Tungkot mengatakan, tiga jalur industri minyak sawit menolong kemiskinan dunia.

 

Pertama, jalur produksi melalui sentra perkebunan sawit. Kedua, jalur hilirisasi di negara importir minyak sawit. Ketiga adalah jalur konsumsi minyak sawit.

 

Setelah era bisnis HPH (Hak Pengusahaan Hutan ) berakhir, muncul kota mati atau kota hantu karena ekonomi tidak bergerak. Imbasnya, masyarakat setempat menjadi miskin.

 

Baca Juga: Dua Pengendara Motor Tabrak Truk Sawit yang Mogok di Senggiring Mempawah

 

“Disinilah, peranan kebun sawit rakyat yang merestorasi lahan eks HPH menjadi daerah produktif dan lestari secara lingkungan. Selain itu, perekonomian mulai bergerak dengan hadirnya perkebunan sawit,” jelas Tungkot.

 

Dari aspek ekonomi, terjadi nilai transaksi antara masyarakat kebun sawit dengan ekonomi di pedesaan dan perkotaan.

 

Nilai transaksi masyarakat kebun sawit dengan masyarakat perkotaan sebesar 202,1 triliun rupiah per tahun dan masyarakat kebun sawit dengan ekonomi pedesaan sebesar 59,8 triliun rupiah per tahun.

 

Pertumbuhan perkebunan sawit di setiap daerah berkontribusi menurunkan kemiskinan. Kondisi serupa dialami oleh Malaysia, Thailand, Papua Nugini.

 

“Jadi, dimana ada perkebunan sawit disitu kemiskinan turun karena ada tenaga kerja yang masuk ke sana. Tumbuh pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,” ujar Tungkot.

 

Baca Juga: Perkebunan Sawit Kencana Group Antisipasi Karhutla di Kapuas Hulu

 

Begitu pula di luar negeri, ada kesempatan kerja yang tercipta di industri hilir negara importir sawit. Penciptaan lapangan kerja mencapai 2,73 juta orang di negara tujuan sawit. Dari sisi income generating sebesar 38 triliun rupiah untuk program hilirisasi minyak sawit di negara importir. 

 

“Kita (Indonesia) negara eksportir mampu meningkatkan kinerja sawit. Begitu pula di negara importir kesempatan kerja meningkat. Itu terjadi di India meningkat, China dan Uni Eropa,” ujar Tungkot kembali.

 

Devisa kelapa sawit tahun 2018 sebesar 240 triliun rupiah. Kelapa sawit mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x