Hidup Dalam Bayang-bayang Label: ‘Orang Barak’

- 18 April 2021, 15:22 WIB
Karikatur Orang Barak
Karikatur Orang Barak /Sopian Lubis/Warta Pontianak

Fitri Sukmawati, Ketua Himpunan Psikologi (HMPSI) Wilayah Kalimantan Barat, mengatakan bahwa pelabelan bisa mengakibatkan krisis identitas hingga depresi. “Ketika orang merasa krisis identitas, itu kembali ke individunya. Dia mungkin mengalami masa depresi, masa frustasi dia, dan itu harus dilewati,“ ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai dosen ini, pada Senin(29/03/2021).

Korban pelabelan akan merasa rendah diri, karena banyak menerima dan menyerap informasi negatif tentang identitas dirinya. Apabila korban pelabelan tak memiliki sosok contoh baik dengan identitas yang sama pada dirinya, maka orang tersebut tak mampu menepis labelisasi. 

Baca Juga: Mulai 1 Januari 2021 Penjualan Premium di Jawa, Madura dan Bali Dihentikan, Wilayah lain Menyusul

Berdasarkan jurnal berjudul “Depresi: Suatu Tinjauan Psikologis” yang ditulis Jaka Arya Pradana, disebutkan bahwa depresi disebut sebagai gangguan yang tak terlihat atau invisible disease. Depresi, umumnya juga tidak disadari oleh penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Satu diantara faktor penyebab depresi adalah peristiwa traumatis yang terjadi di masa lalu. 

Penderita depresi menunjukkan kontrol diri rendah, yaitu evaluasi diri yang negatif, harapan terhadap performa rendah, suka menghukum diri dan sedikit memberikan hadiah terhadap diri sendiri. Mereka yang mempunyai kepercayaan diri rendah, pesimis terhadap diri sendiri dan dunia, atau cepat diliputi stres cenderung mudah terkena depresi.

Lebih lanjut Fitri menyebut bahwa upaya mengeneralisasi etnis Madura dengan label tertentu adalah keliru, sebab mereka adalah korban konflik, bukan pelaku.

Sebagai orang yang mengalami labelisasi, Suib berupaya menepis kekeliruan tersebut. “Malunye saye tu ndak bise jawab, kalo suku saye dibilang kayak gituk karene ndak tau persis sejarahnye dulu dan asal muasal terjadinye. Sekarang saye udah tau menjawabnye, karene tidak semue orang Madura tu jelek. Itu akibat perorangan,” kata Suib.

Bangun Ikatan Kemanusiaan

Rusli, tokoh agama di wilayah Sekunder C, tidak memungkiri label ‘orang barak’ masih melekat hingga saat ini kepada warga Madura yang tinggal di kawasan relokasi. 

Di sisi lain dia menilai bahwa pengungsi dari etnis Madura sudah membaur dengan masyarakat. Hal ini tercermin dengan sikap saling mengundang di setiap acara masing-masing etnis. Karne kite ginik saling mengundang, ini pun die ade hajatan, kite pegi ade undangannye. Seperti hajatan nikahan, Maulid, dan Isra’ Miraj. Membaur dah kite tuh!” ungkap lelaki paruh baya ini saat ditemui pada Sabtu (27/03/2021).

Halaman:

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: SEJUK


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah