Warga Australia Ditahan Militer Myanmar Saat Kudeta Militer

- 6 Februari 2021, 21:10 WIB
Myanmar memblokir Facebook menyusul meluasnya informasi kesalahpahaman yang mengganggu stabilitas negara setelah kudeta militer
Myanmar memblokir Facebook menyusul meluasnya informasi kesalahpahaman yang mengganggu stabilitas negara setelah kudeta militer /Reuters/Stringer

WARTA PONTIANAK - Penasihat ekonomi Aung San Suu Kyi, Sean Turnell, yang merupakan warga Australia mengatakan dalam sebuah pesan kepada Reuters pada Sabtu bahwa dirinya tengah ditahan, beberapa hari usai pemimpin-terpilih itu digulingkan dalam sebuah kudeta.

“Saya rasa Anda akan segera mendengar (kabar) ini, tetapi saya sedang ditahan,” katanya.

“(Saya) dituduh atas sesuatu, tapi saya tak yakin apa itu. Saya baik-baik saja dan kuat, dan tidak bersalah atas apa pun,” ujarnya, dengan menyertakan emoji tersenyum. Setelah itu, ia tidak bisa dihubungi.

Baca Juga: Kudeta Militer di Myanmar, Ribuan Orang Turun ke Jalan di Yangon

Dilansir dari Antara, Sabtu 6 Februari 2021, Turnel menjadi warga negara asing pertama yang diketahui ditangkap di Myanmar sejak para jenderal militer merebut kekuasaan pada Senin (1/2) atas tuduhan penipuan dalam pemilu 8 November 2020 --yang secara telak dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi.

Kementerian luar negeri Australia belum bersedia berkomentar.

Turnell adalah profesor ekonomi di Macquarie University di Sydney dan telah selama beberapa tahun menjadi penasihat Suu Kyi tentang kebijakan ekonomi.

Baca Juga: Ribuan Warga Burma di Tokyo Desak Jepang Mengambil Tindakan Keras Terkait Kudeta Militer di Myanmar

Pada Sabtu, beberapa ribu pengunjuk rasa berkumpul di kota terbesar kedua di Australia, Melbourne, untuk mengecam kudeta tersebut dan menuntut pembebasan Suu Kyi.

Baca Juga: Protes Kudeta Militer di Negaranya, Ratusan Warga Myanmar di Tokyo Berdemonstrasi

Rekaman televisi dan media sosial memperlihatkan orang-orang yang mengenakan warna merah NLD, membawa potret Suu Kyi dan menyanyikan "Kami Tidak Akan Puas Sampai Akhir Zaman", lagu kebangsaan Myanmar gerakan pro demokrasi tahun 1988 negara itu, yang kemudian secara brutal dijatuhkan oleh pemerintah militer.***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x