Nyaris Semua Penduduk di Desa Ini Nekad Jual Ginjal untuk Biaya Hidup

- 17 Agustus 2022, 16:34 WIB
Ilustrasi ginjal
Ilustrasi ginjal /Pixabay

WARTA PONTIANAK - Karena pengangguran dan kekurangan sumber makanan membuat  warga Afghanistan rela menjual ginjal mereka sendiri. Fenomena ini telah menyebar ke kota Herat di Afghanistan barat hingga sebuah desa di daerah tersebut dijuluki ‘desa satu ginjal’.

Seorang warga, Nooruddin mengaku tak punya pilihan lain dan melakukannya demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Dia mengatakan dia menjual organ dalamnya untuk waktu yang singkat.

“Saya merasa menyesal sekarang karena saya tidak bisa bekerja lagi, saya merasa mual dan tidak mampu mengangkat benda berat,” ucapnya.

Baca Juga: Taliban Perintahkan Wanita Afganistan Pakai Burqa

Nooruddin dan keluarganya sangat membutuhkan sumber keuangan sehingga putranya yang berusia 12 tahun harus mengambil upah pembersih sepatu sebesar 70 sen sehari. Pria itu termasuk di antara delapan orang yang ditemui wartawan AFP yang bersedia menjual ginjal mereka seharga US$1.500 (sekitar Rr 21 juta).

Seorang mantan ahli bedah terkenal di sebuah rumah sakit di kota Mazar-i-Sharif, Mohammad Wakil Matin, mengatakan tidak ada hukum yang mengatur penjualan organ manusia di antara penduduk negara itu.

Bagi Mohamad Bassir Osmani yang merupakan ahli bedah di rumah sakit Herat yang melakukan operasi transplantasi organ, ‘persetujuan’ individu itu penting.

Baca Juga: Sempat Tertunda, Akhirnya Taliban Bayar Gaji Pegawai Negeri Afganistan

Dia mengatakan ratusan operasi telah berhasil dilakukan di Herat selama lima tahun terakhir. Pihaknya juga mengambil persetujuan tertulis dan rekaman video dari setiap pendonor organ.

“Kami tidak pernah menyelidiki dari mana pasien atau donor itu berasal, karena itu bukan tugas kami,” katanya.

Biasanya, orang Afghanistan yang sangat membutuhkan uang akan dicocokkan dengan pasien kaya dari India dan Pakistan yang bersedia datang ke Herat. Sementara itu, karena dua dari tiga anak Azyta kekurangan gizi, wanita tersebut bertekad untuk menjual ginjalnya.

“Saya menjual ginjal seharga US $ 2.700 (Rp 38 juta),” katanya. “Saya terpaksa melakukannya karena suami saya tidak bekerja dan kami memiliki hutang yang harus dibayar,” tambahnya.

Karena itu, suami Azyta pun berencana melakukan hal yang sama untuk mencari uang. Dia mengatakan bahwa orang-orang menjadi lebih miskin sehingga mereka bersedia mempertaruhkan hidup mereka karena urgensi hidup.

Baca Juga: Baru Dibuka saat Rezim Taliban Berkuasa, Bank di Afganistan Diserbu Nasabah

Mohamad Bassir mengatakan pemerintah Imarah Islam berrencana mengekang perdagangan organ dan membentuk sebuah komite untuk mengatur masalah tersebut.***

Editor: Faisal Rizal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x