Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Jepang, Ini Sejarah Tradisi Semah Laut di Desa Padang Kepulauan Karimata

8 April 2021, 22:16 WIB
Tradisi Semah Laut di Desa Padang, Kepulauan Karimata /Yapi Ramadan/Warta Pontianak

WARTA PONTIANAK - Tradisi sakral memang masih ada di setiap daerah di Indonesia, tak terkecuali dengan masyarakat di Desa Padang, Kecamatan Kepulauan Karimata, Kabupaten Kayong Utara. Di sana, masih sangat kental tradisi sakral yang diperingati setiap tahun.

Ritual sakral tersebut warga menamakannya Semah Laut yang merupakan tradisi masyarakat memberikan sesajen kepada penghuni laut sekitar. 

“Semah itu memberi hantu-hantu itu makan, penunggu-penunggu di sini, sesajian gitu lah, sampai waktunya tanggal 4 bulan 4,” ungkap Ketua Dukun Desa Padang, Sudirman, Kamis 8 April 2021.

Baca Juga: Dihantam Badai dengan Ombak Capai 5 Meter di Laut Tanjung Satai, Nahkoda dan ABK : Kami Pasrah

Sesajen-sesajen tersebut dihadirkan dalam dua buah benda, yakni Balai dan Kapal. Isi sesajen di dalam Balai dan Kapal sangat beragam.

“Seperti beras kuning, nasi pocong warna, hijau, merah, coklat dan lempeng. Juga pakai kemenyan, pakai rokok, pakai ketupat. Ini (penghuni laut) dikasi makan. Begitulah istilah dulu nya, sampailah anak cucu ini sekarang,” papar Sudirman.

Semah laut ini digelar setiap tahunnya pada tanggal 4 bulan 4 bertujuan agar masyarakat mendapat kemudahan, dijauhkan dari gangguan setan, serta mendapatkan hasil laut yang melimpah.

“Tujuannya itu saya memanggil jenis tidak kelihatan, berarti setan-setan yang tidak kelihat, yang bisa menolong kita, yang jahat kita ndak panggil karena ndak ada gunanya. Supaya kampung kita tenang, aman anak-anak cucu, dan rezeki dari laut mungkin datang melimpah-limpah,” beber Sudirman.

Baca Juga: 40 Pulau di Kepulauan Karimata Masih Berstatus CAL, Bupati Citra Desak KLHK Ubah Status

Sudirman menerangkan, semah laut di Desa Padang hadir sejak zaman kolonial Jepang hadir di Indonesia. 

“Memang dari dulu setiap tahun sama, setiap tanggal 4 bulan 4 itu jangan sampai lupa. Dari ujung Jepang mau pulang sudah ada semah laut,” bebernya.

Berbicara mengenai pantangan, pada perayaan semah laut juga memiliki Pantangan. Pantangan tersebut ialah masyarkat dilarang melaut, dimulai pada tanggal 4 April sampai tanggal 5 April.

“Soalnya pantang ini jangan ngacau setan iblis ini berkeliaran, nanti dapat satu hal artinya bisa dukun ini tidak bertanggungjawab, nujunya ke dukun juga soalnya melanggar pantang,” kata Sudirman.

Baca Juga: Tak Ingin Hasil Kekayaan Laut Digeruk ke Belitung, Bupati Citra Akan Sediakan Ekspor di Kayong Utara

Ditambahkannya, terdapat sanksi yang akan diberikan kepada masyarakat yang melanggar pantang. Sanksi berupaya membayar sekian uang dan 500 ketupat.

“Sanksinya dikenakan pada semuanya, pendatang pun bisa kena karena melanggar pantang,” tutupnya. ***

Editor: M. Reinardo Sinaga

Tags

Terkini

Terpopuler